Dewa Istimewa Hindu
Showing posts with label Dewa Istimewa Hindu. Show all posts
Showing posts with label Dewa Istimewa Hindu. Show all posts

Kresna / Khrisna

Kresna (Dewanagari: कृष्ण; IAST: kṛṣṇa; dibaca [ˈkr̩ʂɳə]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana,
ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani. Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama Hindu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis. Berbagai tradisi menggambarkannya dalam berbagai sudut pandang: sebagai dewa kanak-kanak, tukang kelakar, pahlawan sakti, dan Yang Mahakuasa. Kehidupan Kresna dibahas dalam beberapa susastra Hindu, yaitu Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Pemujaan terhadap dewa atau pahlawan yang disebut Kresna—dalam wujud Basudewa, Balakresna atau Gopala—dapat ditelusuri sampai awal abad ke-4 SM. Pemujaan Kresna sebagai Swayam Bhagawan, atau Tuhan Yang Mahakuasa, yang dikenal sebagai Kresnaisme, muncul pada Abad Pertengahan dalam situasi Gerakan Bhakti. Dari abad ke-10 M, Kresna menjadi subjek favorit dalam seni pertunjukan. Tradisi pemujaan di masing-masing daerah mengembangkan berbagai macam wujud/aspek Kresna seperti Jagadnata di Orissa, Witoba di Maharashtra dan Shrinathji di Rajasthan. Sekte Gaudiya Waisnawa yang terpusat pada pemujaan kepada Kresna didirikan pada abad ke-16, dan sejak tahun 1960-an juga telah menyebar di Dunia Barat, sebagian besar disebabkan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna (International Society for Krishna Consciousness - ISKCON).

Nama dan Gelar
Dalam aksara Dewanagari, Kṛṣṇa ditulis कृष्ण (dibaca [ˈkr̩ʂɳə]), dengan bunyi konsonan silabis Ṛ, atau disebut pula vokal Ṛ (dalam aksara Dewanagari disimbolkan dengan ृ, sedangkan dalam alfabet Fonetis Internasional disimbolkan dengan huruf [r̩ ]*dengarkan contoh bunyi). Dalam aksara Jawa, huruf vokal ृ tersebut dialihaksarakan sebagai huruf Pa cerek (huruf Ra repa dalam aksara Bali) yang melambangkan bunyi /rə/ daripada /r̩/ (ditulis dengan huruf Latin "Re"), karena bunyi konsonan silabis Ṛ seperti dalam bahasa Sanskerta tidak terdapat dalam bahasa Jawa dan Bali. Maka dari itu kata कृष्ण dialihaksarakan menjadi "Kresna" (dibaca [ˈkrəsna]).
Arca kresna di mayapur, India.

Kata kṛṣṇa dalam bahasa Sanskerta pada dasarnya merupakan kata sifat yang berarti "hitam", "gelap" atau "biru tua". Kata tersebut berhubungan dengan kata čьrnъ (crn, 'hitam') dalam rumpun bahasa Slavia. Sebagai kata benda feminin, kata kṛṣṇā digunakan dengan makna "malam, hitam, kegelapan" dalam kitab suci Regweda, dan sebagai iblis atau jiwa kegelapan dalam mandala (bab) IV Regweda. Untuk nama diri, kata Kṛṣṇa muncul dalam mandala VIII sebagai nama seorang penyair. Sebagai salah satu nama Wisnu, kata "Kṛṣṇa" terdaftar sebagai nama ke-57 dalam kitab Wisnu Sahasranama (Seribu Nama Wisnu). Berdasarkan nama tersebut, Kresna seringkali digambarkan dalam arca dengan kulit hitam maupun biru. Kresna juga dikenal dengan berbagai macam nama, julukan, dan gelar, yang mencerminkan berbagai atribut dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam kitab Mahabarata dan Bhagawadgita, Kresna disebut dengan berbagai nama, sesuai karakteristiknya. Beberapa nama tersebut diantaranya: Acyuta (yang kekal; teguh); Arisudana (penghancur musuh); Bagawan (Yang Mahakuasa); Gopala (pelindung sapi); Gowinda (penggembala sapi); Hresikesa (penguasa indria); Janardana (juru selamat umat manusia); Kesawa (yang berambut indah); Kesinisudana (pembunuh raksasa Kesi); Madawa (suami dewi keberuntungan); Madusudana (pembunuh raksasa Madhu); Mahabahu (yang berlengan perkasa); Mahayogi (rohaniwan agung); Purusottama (manusia utama, yang berkepribadian paling baik); Warsneya (keturunan Wresni); Basudewa; Wisnu; Yadawa (keturunan Yadu); Yogeswara (penguasa segala kekuatan batin). Di antara berbagai namanya, yang terkenal adalah Gowinda, "penggembala sapi", atau Gopala, "pelindung para sapi", merujuk kepada pengalaman masa kecil Kresna di Braj. Beberapa nama lainnya dianggap penting bagi wilayah tertentu; misalnya, Jagatnata (penguasa alam semesta), terkenal di Puri, India Timur.

Penggambaran
kresna dengan atribut umumnya
Kresna dapat dikenali secara mudah dengan mengamati atribut-atributnya. Dalam wujud arca, Kresna digambarkan berkulit hitam atau gelap, atau bahkan putih. Dalam budaya pewayangan Jawa, Kresna digambarkan berkulit hitam, sedangkan di Bali, ia digambarkan berkulit hijau. Dalam penggambaran umum misalnya lukisan modern, Kresna biasanya digambarkan sebagai pemuda berkulit biru. Warna hitam merupakan warna Dewa Wisnu menurut konsep Nawa Dewata, sedangkan biru melambangkan keberanian, kebulatan tekad, pikiran yang mantap dalam menghadapi situasi sulit, serta kesadaran yang sempurna. Warna biru juga melambangkan langit dan laut, masing-masing bermakna luas dan dalam yang membentuk suatu ketidakterbatasan, sama halnya seperti Wisnu. Dia seringkali tampil dengan dhoti (semacam kemben) berbahan sutra berwarna kuning, melambangkan cahaya yang melenyapkan kegelapan. Kepalanya dihiasi mahkota dengan bulu merak, melambangkan galaksi berwarna-warni dalam kegelapan, atau pusat energi di atas indria. Penggambaran umum biasanya menampilkannya sebagai anak kecil, atau seorang lelaki dalam gaya santai, sedang memainkan seruling. Dalam wujud ini, ia biasanya ditampilkan berdiri dengan kaki yang ditekuk kemsamping. Kadangkala ditemani para sapi, menegaskan posisinya sebagai penggembala ilahi (Govinda). Dalam agama Hindu, sapi dianggap suci karena melambangkan Ibu Pertiwi.

Peran Kresna sebagai kusir kereta Arjuna di medan perang Kurukshetra, seperti yang tergambar dalam wiracarita Mahabharata, adalah subjek umum lain dalam penggambaran Kresna. Dalam hal ini, ia ditampilkan sebagai sosok pria, seringkali dengan karakteristik dewa-dewi dalam kesenian Hindu, misalnya banyak lengan maupun kepala, dan dengan atribut Wisnu, misalnya cakra. Sebagai seorang kusir biasa, ia ditampilkan dengan dua lengan. Lukisan gua dari masa 800 SM di Mirzapur, Uttar Pradesh, India Utara, yang menampilkan pertempuran kusir-kusir kereta kuda, salah satu di antaranya tampak akan melemparkan cakram yang kemungkinan besar dapat dikenali sebagai Kresna. Penggambaran dalam kuil seringkali menampilkan Kresna sebagai seorang pria yang berdiri tegak, dalam gaya formal. Dapat ditampilkan sendirian, dapat pula dengan figur terkait dengannya: Balarama (Baladewa — kakaknya) dan Subadra (saudari tirinya), atau istrinya yang utama yaitu Rukmini dan Satyabama. Seringkali Kresna digambarkan bersama dengan kekasihnya dari kaum gopi (wanita pemerah susu), Radha. Sekte Waisnawa di Manipur tidak memuja Kresna saja, tetapi juga aspeknya sebagai Radha Krishna, kombinasi antara Kresna dan Radha. Hal ini juga merupakan karakteristik dari aliran Rudra Sampradaya dan Nimbarka sampradaya, demikian pula aliran kepercayaan Swaminarayan. Tradisi tersebut memuliakan Radha Ramana, yang dipandang oleh pengikut Gaudiya sebagai wujud Radha Krishna. Kresna juga digambarkan dan dipuja sebagai anak kecil (Balakresna), dengan posisi merangkak atau menari, biasanya dengan mentega di tangannya. Perbedaan di masing-masing daerah tentang penggambaran Kresna dapat teramati dalam wujudnya yang bermacam-macam, misalnya Jagadnata di Orissa, Witoba di Maharashtra dan Shrinathji di Rajasthan.

Agni

Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti 'api'. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.

Penggambaran
Sesuai dengan karakter yang dimilikinya, Agni dilukiskan sebagai dewa yang badannya berwarna merah, rambutnya adalah api yang berkobar, berkepala dua dan selalu bersinar, berdagu tajam, bergigi emas, memiliki enam mata, tujuh tangan, tujuh lidah, empat tanduk, tiga kaki, dan mengendarai biri-biri. Ciri-ciri yang dipaparkan tersebut memiliki arti dan filsafat tersendiri. Kadangkala ciri-ciri Agni tersebut berbeda dengan ciri-ciri Agni di suatu wilayah tertentu, karena penggambarannya juga tergantung pada persepsi masyarakat setempat.


Pemimpin Upacara
Dewa Agni sering disebut-sebut sebagai Dewa pemimpin upacara dalam kitab suci Hindu, Weda. Dewa Agni bergelar sebagai Dewa pemimpin upacara karena beliau ahli dalam segala hal yang berkaitan dengan upacara keagamaan. Dewa Agni pula yang diminta hadir dalam suatu upacara (terutama Agnihotra) sebagai duta para Dewa yang mempersembahkan sesuatu kepada-Nya (Tuhan). Dalam melaksanakan suatu upacara, Dewa Agni pula yang menjadi pendamping para pendeta.

Nama Lain
  • Witihotra (yang memberi pahala kepada para penyembah) 
  • Dhumaketu (yang bermahkota asap) 
  • Saptajihwa (berlidah tujuh) 
  • Grehapati (tuannya rumah tangga) 
  • Dananjaya (yang menaklukkan musuh)

Garuda

Garuda (Sanskerta: Garuḍa dan Bahasa Pāli Garula) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu. Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi matahari.
Bangsa Jepang juga mengenal Garuda, yang mereka sebut Karura. Di Thailand disebut sebagai Krut atau Pha Krut.
Indonesia dan Thailand menggunakan Garuda sebagai lambang negaranya.

Garuda Menurut Mitologi Hindu
Garuda adalah seekor burung mitologis, setengah manusia setengah burung, wahana Wisnu. Ia adalah raja burung-burung dan merupakan keturunan Kaśyapa dan Winatā, salah seorang putri Dakṣa.
Ia musuh bebuyutan para ular, sebuah sifat yang diwarisinya dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan sesama istri dan atasannya, yaitu Kadru, ibu para ular.
Sinar Garuda sangat terang sehingga para dewa mengiranya Agni (Dewa Api) dan memujanya. Garuda seringkali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan.
Ia memiliki putera bernama Sempati (Sampāti) dan istrinya adalah Unnati atau Wināyakā. Menurut kitab Mahabharata, orang tuanya memberinya kebebasan untuk memangsa manusia, tetapi tidak boleh kaum brahmana. Suatu ketika, ia menelan seorang brahmana dan istrinya. Lalu tenggorokannya terbakar, kemudian ia muntahkan lagi.
Garuda dikatakan pernah mencuri amerta dari para dewa untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman Kadru. Kemudian Indra mengetahuinya dan bertempur hebat dengannya. Amerta dapat direbut kembali, tetapi Indra luka parah dan kilatnya (bajra) menjadi rusak.

Nama-Nama Garuda
Garuda memiliki banyak nama dan julukan. Di bawah ini disajikan nama-namanya berikut artinya:

Nama-Nama Lain Garuda :
  • Kaśyapi
  • Wainateya
  • Suparṇna
  • Garutmān
  • Dakṣāya
  • Śālmalin
  • Tārkṣya
  • Wināyaka

Nama-Nama Julukan :
  • Sitānana, ‘wajah putih hijau’.
  • Rakta-pakṣa, ‘sayap merah’.
  • Śweta-rohita, ‘sang putih merah’.
  • Suwarṇakāya, ‘tubuh emas’.
  • Gaganeśwara, ‘raja langit’.
  • Khageśwara, ‘raja burung’.
  • Nāgāntaka, ‘pembunuh naga’.
  • Pannaganāśana, ‘pembunuh naga’.
  • Sarpārāti, ‘musuh ular-ular’.
  • Taraswin, ‘yang cepat’.
  • Rasāyana, ‘yang bergerak cepat sebagai perak’.
  • Kāmachārin, ‘yang pergi sesukanya’.
  • Kāmāyus, ‘yang hidup dengan senang’.
  • Chirād, ‘makan banyak’.
  • Wiṣṇuratha, ‘kereta Wisnu’.
  • Amṛtāharaṇa, ‘pencuri amerta’.
  • Sudhāhara, ‘pencuri’
  • Surendrajit, ‘penakluk Indra’.
  • Bajrajit, ‘penakluk kilat’.

source: id.wikipedia.org

Dattatreya

Menurut kepercayaan umat Hindu, Dattatreya (Sanskerta: दत्तात्रेय; Dattātréya) adalah seorang dewa yang merupakan penjelmaan dari Trimurti (tiga dewa utama), yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa. Dattatreya lahir sebagai putera Resi Atri dan Anasuya. Nama Dattatreya berasal dari kata datta dan atreya. Kata datta berarti "diberi", oleh karena Trimurti telah memberikan perwujudan sebagai putera Atri dan Anasuya. Kata atreya secara harfiah berarti "putra Atri".
Dalam tradisi Natha, Dattatreya dianggap sebagai awatara atau inkarnasi dari Dewa Siwa dan sebagai Adi-Guru (guru pertama) dalam tradisi Adinath Sampradaya. Di India, Dattatreya dipuja oleh berjuta-juta umat Hindu dan berbagai tradisi dilakukan untuk memuliakannya.

Riwayat Dattatreya

Kelahiran

Umat Hindu mempercayai legenda yang cukup terkenal mengenai kelahiran Dattatreya. Konon pada suatu hari, Narada memuji-muji pengabdian Anasuya terhadap suaminya (patibratyam) dihadapan istri-istri Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Pujian Narada yang berlebihan membuat mereka iri. Mereka memohon kepada suami masing-masing untuk menggoyahkan iman Anasuya. Brahma, Wisnu dan Siwa pergi menemui Anasuya dengan menyamar. Pada saat itu Atri tidak ada di rumah.

Dalam penyamaran, ketiga dewa meminta makanan kepada Anasuya. Ketika Anasuya menyanggupinya, ketiga dewa menambahkan bahwa mereka akan menerima persembahan apabila Anasuya melakukannya tanpa memakai pakaian. Anasuya jatuh dalam dilema. Bila ia datang tanpa memakai pakaian di hadapan pria lain maka pengabdiannya (patibratyam) akan jatuh. Bila ia menolak, maka ketiga tamunya bisa memberinya kutukan. Anasuya merasa bahwa ketiga tamu yang dilayaninya bukanlah orang normal karena permintaan mereka yang aneh dan ia merasa dijebak agar menuju situasi yang rumit. Kemudian Anasuya berkomunikasi dengan suaminya melalui pikirannya dan berkata bahwa ia tidak takut untuk melayani tamunya tanpa memakai pakaian karena tidak dipengaruhi oleh nafsu.
Saat ketiga tamunya memohon makanan dan tanpa sengaja menambahkan kata 'ibu' dalam permohonannya, Anasuya merasa bahwa ia harus melayani tamunya dengan menganggap mereka sebagai anak dan memberi pelayanan seperti yang mereka minta. Oleh karena ketulusan hatinya dalam melayani permohonan tamunya, tiba-tiba ketiga dewa berubah menjadi tiga anak kecil. Seketika itu juga buah dada Anasuya mulai mengucurkan air susu. Ia menyusui ketiga dewa yang sudah berubah menjadi anak kecil, lalu ia menaruh mereka ke dalam keranjang. Ketika Atri datang, Anasuya menceritakan kejadian yang sudah terjadi. Ketika ketiga anak terbangun, mereka berubah kembali menjadi para dewa dan memberikan anugerah kepada Anasuya. Anasuya memohon agar ketiga dewa menjelma sebagai anaknya. Akhirnya permohonan Anasuya dikabulkan, ketiga dewa menjelma sebagai Dattatreya.

Pengembaraan

Semenjak usia dini, Dattatreya meninggalkan rumahnya dan mengembara dengan tubuh telanjang, dalam perjalanan spiritual untuk mencari pemahaman tentang "sesuatu yang mutlak". Dattatreya diduga mengembara di wilayah Karnataka Utara, melewati Maharashtra, dan menuju Gujarat sepanjang sungai Narmada. Dia mencapai pencerahan di sebuah tempat yang tak jauh dari kota yang sekarang dikenal dengan nama Ganagapur, letaknya di sebelah selatan Maharashtra. Jejak kakinya yang asli diduga terletak di sebuah tempat yang sunyi di puncak gunung Girnar.

Baladewa

Dalam mitologi Hindu, Baladewa (Sanskerta: बलदोव) atau Balarama (Sanskerta: बलराम; Balarāma), disebut juga Balabhadra dan Halayudha, adalah kakak dari Kresna, putera Basudewa dan Dewaki. Dalam filsafat Waisnawa dan beberapa tradisi pemujaan di India selatan, ia dipuja sebagai awatara  (inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya) keenam dari Maha Awatara dan termasuk salah satu dari 25 awatara dalam Purana. Menurut filsafat Waisnawa dan beberapa pandangan umat Hindu, ia merupakan manifestasi dari Sesa, ular suci yang menjadi ranjang Dewa Wisnu.

Kemunculan Baladewa
Baladewa sebenarnya merupakan Kakak kandung Kresna karena terlahir sebagai putera Wasudewa dan Dewaki. Namun karena takdirnya untuk tidak mati di tangan Kamsa, ia dilahirkan oleh Rohini atas peristiwa pemindahan janin.
Kamsa, Kakak dari Dewaki, takut akan ramalan yang mengatakan bahwa ia akan terbunuh di tangan putera kedelapan Dewaki. Maka dari itu ia menjebloskan Dewaki beserta suaminya ke penjara dan membunuh setiap putera yang dilahirkan oleh Dewaki. Secara berturut-turut, setiap puteranya yang baru lahir mati di tangan Kamsa. Pada saat Dewaki mengandung puteranya yang ketujuh, nasib anaknya yang akan dilahirkan tidak akan sama dengan nasib keenam anaknya terdahulu. Janin yang dikandungnya secara ajaib berpindah kepada Rohini yang sedang menginginkan seorang putera. Maka dari itu, Baladewa disebut pula Sankarsana yang berarti "pemindahan janin".
Akhirnya, Rohini menyambut Baladewa sebagai puteranya. Pada masa kecilnya, ia bernama Rama. Namun karena kekuatannya yang menakjubkan, ia disebut Balarama (Rama yang kuat) atau Baladewa. Baladewa menghabiskan masa kanak-kanaknya sebagai seorang pengembala sapi bersama Kresna dan teman-temannya. Ia menikah dengan Reawati, puteri Raiwata dari Anarta.
Baladewa mengajari Bima dan Duryodana menggunakan senjata Gada. Dalam perang di Kurukshetra, Baladewa bersikap netral. Seperti kerajaan Widarbha dan Raja Rukmi, ia tidak memihak Pandawa maupun Korawa. Namun, ketika Bima hendak membunuh Duryodana, ia mengancam akan membunuh Bima. Hal itu dapat dicegah oleh Kresna dengan menyadarkan kembali Baladewa bahwa Bima membunuh Duryodana adalah sebuah kewajiban untuk memenuhi sumpahnya. Selain itu, Kresna mengingatkan Baladewa akan segala prilaku buruk Duryodana.

Hades (Dewa Dunia Bawah)

Hades (bahasa Yunani: ᾍδης, Hadēs, atau Ἅιδης, Háidēs) adalah dewa dunia bawah dalam Mitologi Yunani. Hades merupakan putra tertua dari Kronos dan Rea. Dia bersama saudara-saudaranya mengalahkan para Titan dan mengambil alih kekuasaan atas dunia. Zeus, Poseidon dan Hades melakukan undian untuk menentukan tempat kekuasaan dan Hades mendapat dunia bawah. Karena asosiasinya dengan dunia bawah, Hades sering dianggap sebagai dewa kematian meskipun bukan. Hades juga kadang-kadang disebut sebagai dunia bawah itu sendiri.
Dalam mitologi Romawi Hades disebut sebagai Pluto, Dis Pater dan Orkus sedangkan dalam mitologi Etruska dewa padanannya adalah Aita. Simbol yang diasosiasikan dengan Hades yaitu Helm Kegelapan dan anjing berkepala tiga, Kerberos.
Istilah Hades dalam kekristenan (dan dalam Bahasa Yunani Koine) serupa dengan sheol dalam ajaran Yahudi (שאול, kuburan atau lubang di bumi), dan merujuk pada tempat untuk roh manusia. Sementara konsep neraka dalam agama Kristen lebih mirip dengan konsep Tartaros dalam mitologi Yunani, bagian dari Hades yang suram dan mengerikan dan digunakan sebagai tempat penyiksaaan dan penderitaan.

Dunia Hades
Peta dunia bawah buatan Andrea de Jorio.
Dalam mitologi Yunani yang sangat kuno, dunia Hades adalah tempat tinggal roh orang mati yang suram dan berkabut (disebut juga Erebos). Pada periode selanjutnya, mitos ini berkembang dengan adanya penghakiman terhadap para roh dan adanya imbalan dan hukuman. Beberapa manusia (termasuk Herakles), boleh langsung meninggalkan tempat ini begitu mereka masuk.
Dunia ini terbagi menjadi beberapa bagian, termasuk Elisium, Padang Asphodel, dan Tartaros. Ada juga Pulau Keberkahan, tempat para manusia pilihan.
Dalam mitologi Romawi, pintu masuk ke dunia bawah terletak di Avernus, sebuah kawah di dekat Cumae, dan merupakan rute yang digunakan oleh Aineias untuk pergi ke dunia bawah. Roh manusia masuk ke dunia bawah dengan menyeberangi sungai Akheron menaiki perahu yang didayung oleh Kharon. Kharon meminta bayaran berupa sekeping obolos, koin kecil yang disimpan di mulut jenazah oleh keluarga atau kerabat. Roh-roh yang tidak memiliki koin tersebut tidak bisa menyeberang dan harus berdiam selama ratusan tahun di tepi sungai, mereka bahkan kadang-kadang kembali ke dunia manusia untuk menghantui orang-orang yang seharusnya memberi mereka penguburan yang layak. Orang-orang Yunani bisanya memberikan persembahan pada dewa agar mereka terhindar dari roh-roh semacam itu. Di seberang sungai Akheron ada anjing berkepala tiga, Kerberos, yang menjaga pintu dunia bawah. Kerberos akan membiarkan orang masuk tetapi tidak akan mengizinkan ada yang keluar. Kerberos pernah dikalahkan oleh Herakles. Setelah melewati Kerberos, roh manusia kemudian memasuki tempat penghakiman.
Ada lima sungai di dunia bawah yaitu Akheron (sungai kesedihan), Kokitos (sungai ratapan), Flegethon (sungai api), Lethe (sungai kelalaian), dan Stix (sungai kebencian). Sungai Stix adalah sungai yang sangat keramat, sumpah yang diambil di sungai ini tak bisa dilanggar. Tubuhn Akhilles direndam di sungai ini untuk membuatnya kebal. Sungai Stix adalah sungai yang membatasi dunia bawah dan dunia atas.
Ada dua kolam di dunia bawah, kolam Lethe, tempat roh manusia dikumpulkan dan dihapus ingatannya, dan kolam Mnemosine, tempat para roh memperoleh ingatan mereka kembali. Di halaman depan istana Hades ada tempat bagi tiga hakim dunia bawah, Minos, Rhadamanthus, dan Aiakos. Dari sana ada tiga jalan yang berujung pada tempat yang berbeda. Para roh akan diadili oleh para hakim dan dikirm ke jalan yang sesuai bagi mereka. Roh orang yang tak pernah berbuat jahat akan pergi ke Padang Asphodel, roh orang jahat akan dikirm ke Tartaros, dan roh para pahlawan akan pergi ke Elisium.

Etimologi
Asal nama Hades atau Aides masih belum jelas. Beberapa orang berpendapat bahwa itu berasal dari a-idein yang berarti "yang tak terlihat". Sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa Hades berasal dari hadô atau chadô; sehingga Hades bermakna "yang memiliki semua" atau "yang menerima semua".

Penggambaran
Haides sering digambarkan sebagai dewa yang memiliki janggut yang gelap dan berpakaian megah dengan memegang tongkat atau dwisula. Hades juga digambarkan sebagai dewa yang menuangkan kesuburan dari sebuah keranjang berbentuk tanduk (kornukopia).

Julukan
Hades, sebagai dewa orang mati, merupakan figur yang menakutkan bagi orang yang masih hidup. Orang hidup segan untuk bersumpah atas nama Hades dan akan memalingkan wajahnya ketika melakukan persembahan untuk Hades. Bagi beberapa orang, menyebut nama "Hades" saja sudah cukup menakutkan sehingga munculah berbagai julukan baginya. Salah satunya adalah Pluton ("kekayaan"), karena mineral berharga ada di bawah tanah dan dimiliki oleh Hades. Sofokles menyebut Hades sebagai "Dia Yang Kaya". Julukan Hades yang lainnya adalah Polysemantor ("Penguasa banyak benda"), Polidegmon ("Yang menerima banyak hal"), Nekrodegmon ("Penerima orang mati"), Nekron Soter ("Penyelamat orang mati"), dan Eubuleus ("Penasehat yang baik"). Dia juga disebut sebagai Zeus Khthonios ("Zeus dunia bawah"), "Dia yang sunyi", dan "Raja para roh".

Dionisos (Dewa Arak)

Dalam mitologi Yunani, Dionisos (bahasa Yunani: Διόνυσος atau Διώνυσος) adalah dewa anggur (arak) dan selalu diasosiasikan sebagai dewa pesta, ia juga merupakan salah satu dari 12 Dewa Olimpus. Dia dikenal sebagai Bakkhus dalam Romawi dan kegilaan yang ditimbulkan saat kedatangannya dinamai bakkheia. Misi dari Dionisos adalah untuk membunyikan alat musik aulos dan mengakhiri rasa khawatir. Ilmuwan telah mendiskusikan hubungan Dionisos dengan "Pemujaan Jiwa" dan kemampuannya untuk berkomunikasi antara yang hidup dan yang sudah mati.
Dalam mitologi yunani, Dionisos merupakan putra dari Zeus dengan Semele, namun ada mitos lain yang mengatakan bahwa ia adalah putra Zeus dengan Persefone, ratu dari dunia orang mati.
Pada masa kuno, pemuja Dionisos akan berkumpul di hutan dan menari untuk menghormatinya dan minum arak hingga mabuk. Dionisos juga dikenal sebagai dewa teater dan beberapa puisi kuno terbesar dipersembahkan baginya. Semua yang terlibat, mulai dari penulis, aktor dan penyanyi, dianggap sebagai pelayannya.

Etimologi
Nama Dionisos tidak memiliki arti yang jelas; unsur -nisos mungkin tidak berasal dari Yunani, tetapi dio- sejak masa kuno telah dihubungkan dengan Zeus (Dios). Sementara Nisa, dalam mitologi Yunani, adalah nama seorang nimfa yang mengasuh Dionisos atau nama gunung tempat dia ditemui oleh beberapa nimfa (para Nisiad), yang memberinya makan dan menjadikannya abadi atas instruksi Hermes. Kemungkinan lainnya adalah bahwa nama Dionisos dibentuk dari kata Dio- dan kata kerja nissein (menusuk, menembus), yang berhubungan dengan cara dia lahir.
Bentuk paling awal dari nama Dionisos terdapat pada lembaran Linear B yang ditemukan di Pylos, di sana tertulis DI-WO-NU-SO, dan satu lagi terdapat di Khania, Kreta, tempat dia disembah bersama Zeus. Herodotos, seperti semua cendekiawan Yunani kuno, berpendapat bahwa penyembahan Dionisos muncul belakangan dibanding pemujaan pada Dewa-dewa Olimpus yang lain. Herodotos mengatakan:
Karena, kisah Yunani mengatakan bahwa tidak lama setelah Dionisos lahir, Zeus memasukkannya ke dalam pahanya dan membawanya pergi ke Nisa di Ethiopia.....sementara untuk Pan, orang-orang Yunani tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah kelahirannya. Oleh karena itu jelas bagiku bahwa orang-orang Yunani mengetahui nama kedua dewa tersebut belakangan daripada dewa-dewa yang lainnya...
—Herodotos, Historia 2.146

Julukan
Dionisos kadang-kadang disebut dengan julukan Akratoforos, yang menunjukkan dirinya sebagai pemberi minuman anggur, dan disembah di Figalia di Arkadia. Di Sikion dia disembah dengan nama Akroreites. Sebagai Bakkhus, dia mandapat julukan Adonios, "Penguasa". Aigobolos, "pembunuh kambing", adalah namanya ketika dia disembah di Potniae di Boeotia. Sebagai Aesimnetes ("penguasa" atau "raja") dia disembah di Aroë dan Patrae di Akhaea. Julukan lainnya adalah Bromios, "pemegang petir" atau "pemilik teriakan keras". Sebagai Dendrites, "pemilik pohon-pohon", dia adalah dewa kesuburan. Dithirambos kadang-kadang mengacu padanya atau pada lagu untuknya dalam festival; nama yang menunjukkan kelahiran prematurnya. Eleutherios ("sang pembebas") adalah julukan untuk Dionisos dan Eros. Julukan lain yang menunjukkan dirinya sebagai dewa kesuburan ada di pulau Samos dan Lesbos, yaitu Enorkhes . Evius adalah julukan Dionisos dalam drama karya Euripides, Bakkhai. Iakkhos, kemungkinan adalah julukan Dionisos juga, dihubungkan dengan Misteri Eleusis; di Eleusis, dia dikenal sebagai putra Zeus dan Demeter. Nama "Iakkhos" kemungkinan berasal dari Ιακχος (Iakchos), sebuah himne yang dinyanyikan untuk Dionisos. Sementara dengan julukan Liaios ("dia yang membuka ikatan"), Dionisos dikenal sebagai dewa kebebasan dan relaksasi dari rasa takut dan khawatir, dan sebagai Oinios dia adalah dewa alat pembuat minuman anggur. Di Makedonia dia disebut sebagai Pseudanor ("orang palsu"), Agrios ("liar") dan Erikriptos ("sangat tersembunyi").

Demeter (Dewi Pertanian dan Kesuburan)

Dalam mitologi Yunani, Demeter (bahasa Yunani: Δημήτηρ, Dēmētēr, kemungkinan bermakna "ibu bumi") merupakan dewi pertanian dan kesuburan. Demeter mengendalikan panen, kesuburan tanah, musim (dilambangkan dengan Horai), dan gandum. Demeter merupakan putri dari Kronos dan Rhea. Setelah lahir, Demeter dan saudara-saudaranya ditelan oleh Kronos, yang takut jika suatu saat nanti tahtanya akan digulingkan oleh anak-anaknya. Demeter diselamatkan oleh Zeus dan kadang-kadang disebut sebagai salah seorang dewa Olimpus menggantikan Hades karena Hades lebih sering berada di dunia bawah.
Demeter adalah dewi yang mengajari manusia bercocok tanam sehingga manusia meninggalkan cara hidup berburu dan meramunya menjadi bercocok tanam. Rambut Demeter melambangkan bulir-bulir gandum yang merupakan simbolnya. Demeter juga digambarkan mengenakan polos, mahkota berbentuk lingkaran yang dikenakan oleh para dewi. Demeter memiliki seorang anak bernama Persefone yang menjadi istri dari Hades. Konon, kisah Persefone ini merupakan asal mula timbulnya empat musim. Saat Persefone tinggal bersama Hades, Demeter bersedih dan bumi mengalami musim dingin. Sementara ketika Persefone tinggal bersama Demeter, Demeter berbahagia dan saat itulah terjadi musim semi. Demeter dan Persefoen merupakan figur utama dalam kelompok pemujaan rahasia, Misteri Eleusis. Dalam kebudayaan Romawi, Demeter dikenal dengan nama "Ceres". Kemungkinan nama Ceres ini merupakan sumber inspirasi dari sebuah merk bahan makanan berlapis coklat yang sering digunakan untuk melapisi roti. Bahan makanan tersebut terbuat dari coklat berbentuk seperti butiran padi.
Yang menarik adalah ternyata Indonesia, khususnya Jawa, memiliki sosok dewi yang mirip dengan karakter Demeter yaitu Dewi Sri yang dikenal sebagai dewi kesuburan.

Pemujaan
Pusat pemujaannya adalah di Eleusis terutama oleh kelompok rahasia Misteri Eleusis. Dalam Himne Homer untuk Demeter, bertahun sekitar abad ke-7 SM, Demeter disebut sebagai "pembawa musim", yang menunjukkan bahwa dia disembah jauh sebelum dia menjadi salah seorang dewa Olimpus. Demeter dan putrinya Persefone adalah figur utama dalam Misteri Eleusis yang juga muncul lebih awal daripada cerita Dewa Olimpus.
Tempat penting lainnya adalah di Thelpousa dan Figaleia di Arkadia. Kelompok rahasia penyembah Demeter di Arkadia mengetahui nama asli dari putri Demeter dan Poseidon, seorang perempuan yang oleh kalangan luar disebut sebagai Desponia. Untuk menghormati Demeter dari Mysia, sebuah festival diselenggarakan selama tujuh hari di Pellené, Arkadia.
Di Thelpousa, dia dikenal sebagai Demeter Erinys, atau "Demeter sang kemurkaan". Dalam sebuah kuil di Oncion, terdapat patung Demeter yang memegang keranjang di tangan kiri dan obor di tangan kanan. Dia juga disebut Demeter yang Mandi, untuk menggambarkan Demeter yang mandi di sungai Ladon setelah diperkosa oleh Poseidon. Ada patung setinggi enam kaki yang menggambarkannya sebagai dewi yang sedang mandi. Patung tersebut sering disalahartikan sebagai patung Themis.
Sementara Di Figaleia, ada gua yang dikeramatkan untuk Demeter. Di gua itulah Demeter berdiam setelah diperkosa oleh Poseidon. Di gua itu, Demeter hanya memakai pakaian hitam sehingga dia diebut Demeter Hitam. Di sana juga ada patung kayu Demeter, dia digambarkan sedang duduk di atas batu dengan tubuh perempuan, kepala kuda, dan kedua tangan memegang burung merpati dan lumba-lumba. Berikut adalah laporan Pausanias.
Gunung kedua, Gunung Elaios, sekitar 30 stadia dari Figalia, dan memiliki gua yang dikeramatkan untuk Demeter Melaine ("Hitam")... Orang-orang Figalia berkata, mereka mengetahui bahwa gua itu dikeramatkan untuk Demeter, dan menempatkan sebuah patung kayu di dalamnya. Patung tersebut dibuat dengan penampilan sebagai berikut: Dia duduk di atas batu, dan bentuknya terlihat seperti perempuan kecuali kepalanya. Dia memiliki kepala dan rambut kuda, dan ular serta berbagai binatang buas muncul dari kepalanya. Panjang pakaiannya mencapai kakinya, dan dia memegang lumba-lumba di satu tangan, merpati di tangan yang lain......Mereka berkata mereka bahwa mereka menamakannya Hitam karena pakaian yang dikenakannya. Tetapi mereka tidak ingat siapa yang membuat patung itu atau bagaimana patung itu bisa terbakar; tetapi ketika patung itu hancur, orang-orang Figalia tidak membuat patung baru untuk sang dewi dan berhenti mengadakan festival atau persembahan untuknya, sampai akhirnya ketandusan melanda tanah itu.
—Pausanias, Description of Greece 8.42.1.


Penggambaran
Demeter biasanya digambarkan mengendarai kereta perang, dan sering diasosiakan dengan unsur-unsur pertanian, termasuk buah, bunga, dan bulir gandum. Dia juga kadang-kadang digambarkan bersama dengan putrinya, Persefone. Demeter biasanya tidak digambarkan bersama pasangan pria. Ada sebuah patung hitam Demeter yang dibuat oleh Onatas.

Julukan
Dalam lembaran Linear B, Demeter dan Persefone disebut sebagai to theo ("Dua Dewi"). Demeter juga disebut sebagai Akhea di kota Athena oleh para Gefiraea yang bermigrasi dari Boeotia. Beberapa julukannya yang lain adalah:
  • Potnia ("nyonya"),
  • Erinys ("keras kepala"),
  • Thesmoforos ("pembuat aturan"),
  • Khloe ("tunas hijau"),
  • Maloforos ("pembawa apel" atau "pembawa domba"),
  • Kidaria,
  • Lusia ("mandi"),
  • Thermasia ("kehangatan").

Athena (Dewi Kebijaksanaan, Strategi, Perang)

Patung Athena
Athena atau Athene (Attika: Ἀθηνᾶ, Athēnā atau Ἀθηναία, Athēnaia; Epik: Ἀθηναίη, Athēnaiē; Ionia: Ἀθήνη, Athēnē; Doria: Ἀθάνα, Athana; bahasa Latin: Minerva), juga disebut Pallas Athena atau Pallas Athene (Παλλάς Αθηνά; Παλλάς Άθήνη) dalam mitologi Yunani adalah dewi kebijaksanaan, strategi, dan perang. Athena juga dikenal sebagai dewi yang menolong para pahlawan. Athena adalah seorang dewi yang terlahir sebagai perempuan dewasa dan tak pernah digambarkan sebagai anak kecil. Athena tidak memiliki suami atau kekasih sehingga disebut sebagai parthenos ("perawan"), Hefaistos pernah mencoba memperkosanya namun gagal. Kuil Parthenon di kota Athena, Yunani adalah kuilnya yang paling terkenal. Menurut legenda, Athena adalah putri kesayangan Zeus, dewa terkuat. Ibunya adalah
dewi Metis, yang merupakan dewi pemikiran dan kepandaian, dan terkenal sebagai dewi kebijaksanaan. Athena diberkahi kekuatan oleh ayahnya, kepandaian dan kebijaksanaan oleh ibunya.
Dalam legenda lain Pallas dianggap sebagai ayahnya, maka ia sering diberi gelar Pallas Athena (Παλλάς Αθηνά). Selain itu juga ada yang menyebutkan kalau Athena berhasil membunuh Pallas dalam perang Dewa melawan Titan sehingga diberi gelar Pallas Athena.
Athena pernah mengubah Medusa yang asalnya seorang gadis cantik menjadi monster. Di kemudian hari Perseus memenggal kepala Medusa dan memberikannya pada Athena, sang dewi lalu memasang kepala Medusa pada perisainya atau pada Aigis.
Athena dihubungkan oleh bangsa Etruria dengan dewi mereka yang bernama Menrva, dan kemudian diadaptasi oleh orang Romawi sebagai Minerva. Athena ditemani oleh seekor burung hantu kecil dan dewi kemenangan, Nike. Dia juga sering digambarkan memegang tombak.

Asal-Usul
Pemujaan terhadap Athena sebagai pelindung kota Athena tampaknya telah ada sejak masa kuno dan sangat kental sehingga mitos-mitos kuno mengenai dirinya beradaptasi terhadap perubahan budaya. Filsuf Yunani, Plato (429–347 SM), mengidentikannya dengan dewi Libya, Neith, dewi perang dan perburuan dari Mesir sejak periode pradinasti, dan menghubungkannya dengan kegiatan menenun. Sejarawan Yunani, Herodotos (484–425 SM), juga menyebutkan bahwa penduduk Sais di mesir menyembah seorang dewi bernama Neith; dan mereka mengidentikannya dengan Athena. Beberapa orang Yunani juga mengenal tempat kelahiran Athena adalah di sisi sungai Triton di Libya. Ahli masa klasik Martin Bernal membuat "Teori Athena Berkulit Hitam" (Athena yang berasal dari Libya) untuk menjelaskan asal mula ini dengan menyatakan bahwa konsep Neith dibawa ke Yunani dari Mesir melalui "sejumlah besar peradaban dan kebudayaan pada milenium kedua dan ketiga.." Athena sebagai dewi filsafat menjadi bagian pemujaan pada akhir abad kelima dan masa Yunani klasik.

Relief Athena di Istana Louvre
Etimilogi
Athena diasosiasikan dengan kota Athena karena di sana adalah tempat dia melindungi persaudaraan perempuan, yaitu para Athenai. Pada masa sebelumnya, di Mikene sang dewi disebut sebagai Mikene, dan Mikene merupakan nama persaudaraan perempuan di sana. Di Thebes dia disebut Thebe, dan nama kota Thebae atau Thebes itu juga berasal dari sana. Dengan demikian, di kota Athena, dia disebut sebagai dewi Athena, dan kota itu disebut Athenae atau Athena. Apakah namanya ada dalam bahasa Etokreta atau tidak hanya bisa diketahui jika Linear A berhasil diuraikan.
Günther Neumann berpendapat bahwa nama Athena kemungkinan berasal dari bahasa Lidia. Di Linear B Knossos, ditemukan tulisan A-TA-NA PO-TI-NI-JA /Athana potniya/. Meskipun Athana potniya sering diterjemahkan sebagai Nyonya Athena, sebenarnya secara harfiah itu bermakna "potnia dari At(h)ana", yang kemungkinan bermakna perempuan-perempuan dari kota Athena; Dalam Lienar B, hubungan antara dewi Athena dan kota Athena tidak terlalu jelas. Di Linear B juga ditemukan tulisan A-TA-NO-DJU-WA-JA /Athana diwya/, bagian terakhir tersebut dikenal di Yunani kuno sebagai Diwia (DI-U-JA atau DI-WI-JA dalam bahasa Mikene), bermakna dewa.
Dalam salah satu dialognya Kratilos, filsuf Yunani Plato, 428/427 SM – 348/347 SM, memberi pendapat mengenai asal-usul nama Athena. Menurutnya, nama Athena berasal dari Atheonóa (Ἀθεονόα), yang berasal dari kata theos ("dewa") dan nous ("pikiran"). Etimologi tersebut menunjukkan asal-usulnya sebagai dewi kebijaksanaan yang selalu menggunakan pikiran.

Artemis (Dewi Perburuan)

Patung Artemis
Artemis (bahasa Yunani: Ἄρτεμις) dalam mitologi Yunani adalah dewi perburuan, alam liar, hewan liar, perawan, dan perbukitan. Dia adalah pembawa dan penghalau penyakit pada perempuan serta merupakan Dewi yang menolong dalam proses kelahiran. Dia merupakan putri dari Zeus dan Leto, serta saudari kembar Apollo. Dia digambarkan sebagai pemburu dan membawa busur dan anak panah. Rusa dan pohon siprus dikeramatkan baginya. Menurut beberapa pendapat, Artemis berasal dari masa pra-Yunani.
Pada perkembangan selanjutnya, Artemis dihubungkan dengan Selene, dewi bulan Yunani yang sering digambarkan dengan bulan sabit di kepalanya. Pada akhir masa Hellenistik, dia juga dianggap sebagai dewi kelahiran (diadaptasi dari tugas Eileithyia). Dalam mitologi Romawi dia dikenali sebagai Diana, dan dalam mitologi Etruska dia dikaitkan dengan dewi Artume. Selain itu, dia juga dikaitkan dengan dewi Hekate.

Etimologi
Ada hipotesis yang menghubungkan Artemis dengan *h₂ŕ̥tḱos ("beruang"), yanng berakar dari Proto-Indo-Eropa, karena adanya pemujaan pada Artemis di Brauronia dan Arkouditessa. Tetapi ada juga yang menghubungkannya dengan nama dari Anatolia, karena itu adalah istilah untuk beruang dalam bahasa Hittis, Bukti paling awal mengenai nama Artemis terdapat dalam lembaran linear B yang ditemukan di Pylos, di sana tertulis A-TI-MI-TE. Sementara Artemis disebut di Lydia sebagai Artimus. Dalam etimologi yang lebih tradisional mengenai Yunani kuno, nama Artemis dihubungkan dengan "ἀρτεμής" (artemes), "aman", atau "ἄρταμος" (artamos) "penjagal".

Julukan

Sebagai Aeginaea (bahasa Yunani: αιγανέα), Artemis disembah di Sparta; nama tersebut bermakna pemburu dari khamois, atau pemegang tombak. Dia disembah di Naupaktus sebagai Aitole; di kota tersebut terdapat kuil yang di dalamnya ada patung Artemis dalam posisi melempar tombak. "Artemis Aetolia" ini diperkenalkan di Naupaktus oleh Philip II dari Makedonia. Strabo menceritakan adanya "Artemis Aetolia" yang lain di daerah Laut Adriatik. Sebagai Agoraea dia adalah pelindung agora. Sebagai Agrotera, dia adalah pelindung para pemburu. Di Elis dia disembah sebagai Alfea. Di Athena Artemis sering dihubungkan dengan dewi Afea. Sebagai Potnia Theron (Homer menggunakan julukan ini) dia adalah pelindung hewan liar. Sebagai Kourotrofos, dia adalah perawat kaum muda. Sebagai Lokhia, dia adalah dewi kelahiran dan persalinan. Artemis kadang-kadang disebut sebagai Kinthia, diambil dari tempat kelahirannya di Gunung Kinthus di Delos, atau Amarinthia, diambil dari nama festival untuknya yang digelar di Amarinthos di Euboea. Artemis juga kadang-kadang disebut sebagai Foibe, bentuk feminin dari julukan saudaranya Apollo, Foebos. Sebutan lain untuknya yang terkenal adalah Agrotera (pemburu) dan Soteira (penyelamat) yang diberikan oleh rakyat Arkadia untuk menghormatinya sebagai dewi pelindng kota tersebut. Julukan Parthenos Iokheira yang berarti Perawan Pembawa Panah diberikan karena ia adalah seorang perawan dan gemar berburu dengan panahnya. Elaphobolos adalah julukan untuk Artemis yang gemar berburu rusa. 

Atribut
 
Kereta 
Kereta yang digunakan oleh Artemis aalah kereta emas yang ditarik oleh empat ekor kijang bertanduk emas. Artemis memandikan kijangnya di tepi sungai di Lydia. Artemis kecil melihat seekor rusa yang lebih besar daripada kerbau dengan tanduk bersinar di Bukit Parrhasian di Arkadis. Artemis begitu menginginkannya dan merasa bahwa rusa itu sangat pas untuk dirinya. Artemis memiliki kereta emas dan tali kekangnya dari emas. 

Busur dan Panah
Atribut ini adalah atribut yang paling penting bagi dewi perburuan. Berdasarkan Kalimakos dan Homer, baik busur dan panah Artemis berwarna emas yang dibuat oleh Kiklops, seperti yang ia minta pada ayahnya (Zeus). Selain untuk berburu, Artemis menggunakan panahnya untuk membawa penyakit dan kematian tiba - tiba. Busur pun dijadikan lambang bulan di kemudian hari. 

Tombak dan Jala
Selain busur dan panah, Artemis juga memakai tombak untuk berburu dan berolahraga. Sementara Jala berhubungan dengan Artemis sebagai Dewi danau, mata air, dan memancing. 

Obor
Obor yang dibawa Artemis berhubungan dengan mitosnya sebagai Hekate, dewi kegelapan, penyihir, dan dunia bawah. Hekate membawakan obor untuk menerangi jalan Demeter yang mencari putrinya, Persefon ke dunia bawah. Banyak kuil Artemis terutama di Arkadia yang menggambarkan dirinya membawa obor di tangan kanan, panah di bahunya, dan anjing di tangan kiri. 

Lira
Artemis disebut sebagai dewi musik dan tarian perawan hingga ia seing telihat memegang lira. 

Fauna
  • Rusa (Yunani: έλάφοζ-Elaphos): Rusa merupakan satu - satunya yang disakralkan oleh Artemis sendiri untuk dirinya setelah untuk pertama kalinya ia melihat rusa dan terpesona. Bagi para pemburu, rusa disukai karena ketangkasan dan kegesitannya. Salah satu rusa yang disakralkan untuk Artemis adalah Rusa Kerinitia (Yunani: έλάφοζ Κερυνίτη-Elaphos Keriniti) yang dijadikan tugas ketiga Herakles. Herakles atas perintah Euristheus harus membawa Rusa Kerinitia yang sangat sakral bagi Artemis hidup - hidup. Herkules akhirnya memohon - mohon pada Artemis untuk dimaafkan dan berjanji akan mengembalikannya. Artemis memaafkan Herakles, namun ia menyerang Euristheus dengan mengirimkan penyakit.
  • Babi Hutan (Yunani: κάπρος-Kaprhos) : Babi hutan juga merupakan binatang yang tangguh hingga para pemburu mengkeramatkannya untuk Artemis sebagai penghormatan atas kemampuan berburunya. Babi Hutan Erimathos merupakan salah satu babi hutan keramat bagi Artemis yang merupakan tugas Herkules untuk menangkapnnya. Adonis dibunuh oleh Artemis karena kesombongannya dengan diseruduk oleh babi hutan (meski ada juga versi bahwa Ares yang cemburulah babi hutan itu). Oineus yang lupa memberikan sesembahan pada Artemis juga menjadi sasaran Babi Kalidonia yang mengamuk.
  • Beruang (Yunani: άρκτος-Arktos) : Pensakralan beruang untuk Artemis berkaitan erat dengan kisah dari Kultus Brauron yang kemudian diceritakan oleh seorang penyair Bizantium, Suidas. Artemis dikisahkan menjinakan seekor beruang dan memperkenalkannya pada rakyat Atena. Iya mengizinkan mereka untuk bermain dengan beruang itu dan menjaganya hingga seorang gadis cilik dan temannya mengganggu beruang itu. Beruang yang marah kemudian menyerang si gadis yang kemudian menangis. Kakak dari gadis itu tidak terima dan membunuh si beruang sehingga Artemis marah dan mengirimi mereka penyakit. Seorang peramal kemudian mengatakan untuk membayar darah beruang itu, mereka harus memberikan anak - anak gadis mereka yang berusia tidak lebih dari sepuluh tahun dan tidak kurang dari lima tahun untuk melayani Artemis di kuilnya dan tidak diizinkan untuk menikah sebelum mereka melayani Artemis.
  • Ayam Guinea (Yunani: μέλατασ-Melatas) : Ayam Guinea merupakan perwujudan dari Para Meleagrid, putri dari Aitolia yang kakaknya, Meleagros terbunuh pada penyerangan babi hutan yag ditujukan pada Oineus. Karena bersedih, Artemis mengubah mereka menjadi ayam guinea dan memelihara mereka dengan penuh kasih sayang.
  • Ayam hutan : Ayam hutan berdasarkan Aelian adalah binatang kesayangan Artemis dan Leto, ibunya.
Flora
Baik Pohon Sipres maupun Pinus sama - sama diklaim sebagai tempat Leto berlindung ketika melahrikan Artemis. Yang mana yang benar hingga saat ini belum diketahui. Asfodel dan Amarath juga sakral bagi Artemis.

Ares (Dewa Perang)

Patung Ares di Villa Hadrian
Ares (Yunani kuno: Ἄρης [árɛːs], Yunani modern: Άρης [ˈaris]) merupakan dewa perang dalam mitologi Yunani. Ares adalah anak dari Zeus dan Hera dan termasuk dalam 12 Dewa Olimpus. Dua pengawal utamanya adalah Fobos dan Deimos. Ares adalah dewa yang haus darah dan merupakan perwujudan dari pembunuhan Ares berkuasa atas alat-alat perang, penyerangan dan pertahanan kota, pemberontakan, penjarahan, kejantanan dan keberanian. Burung hering dan anjing adalah binatang keramat bagi Ares. Dalam Iliad, dia muncul dengan dikelilingi oleh berbagai penjelmaan dari kengerian perang tetapi dalam Odyssey karakternya agak sedikit melunak.
Ares juga terlibat dalam pendirian kota Thebes. Dalam mitologi Romawi ia dikenal dengan nama dewa Mars. Nama Mars menjadi nama salah satu planet yang dekat dengan bumi dan memiliki 2 bulan yang dinamai berdasarkan nama pengawalnya (Phobos dan Deimos). Nama bulan Maret merupakan persembahan baginya.

Etimologi
Asal namanya berhubungan dengan bahasa Yunani ἀρή (are), pengembangan dari ἀρά (ara), "kutukan, kehancuran". Sedangkan nama Mars kemugkinan berhubungan dengan kata Yunani μάρναμαι (marnamai), "bertarung, bertempur" atau dengan bahasa Hindi atau Punjab maarna (membunuh).

Karakteristik
Dalam mitologi Yunani, ada beberapa dewa yang melambangkan berbagai aspek dari peperangan, misalnya Athena yang melambangkan kebijaksanaan dan strategi perang, dan melindungi manusia serta tempat tinggalnya selama perang. Sementara Ares, di pihak lain, merupakan simbol dari keberutalan, kekejaman, dan horor dari perang. Athena dan Ares bermusuhan. Saudari Ares, Eris, memicu peperangan, Zeus mengarahkan jalannya perang, tetapi Ares mencintai perang untuk kesenangannya sendiri, dia menikmati hiruk-pikuk dan teriakan dalam perang, pembantaian manusia, dan penghancuran kota. Dia bahkan tidak mengikuti semangat keberpihakan, dia kadang-kadang mendukung satu pihak lalu membantu pihak lainnya, dia hanya melakukannya sesuai kehendak hatinya. Ares juga dianggap ikut berperan dalam kematian manusia yang disebabkan oleh wabah dan epidemi. Sifat Ares yang haus darah dan liar ini membuat dia dibenci baik oleh orang tuanya maupun oleh dewa lain.
Di antara para dewa, Ares adalah yang paling tidak dipercaya. Dalam Iliad dikatakan: "Kau adalah dewa Olimpus yang paling membenciku," Zeus berkata pada Ares, "Perselisihan, perang, dan pembantaian adalah hal yang kau sukai. Tempat kelahiran sekaligus rumah Ares terletak di antara bangsa Trakia, bangsa barbar yang suka berperang. Ke sanalah dia pergi setelah perselingkuhannya dengan Afrodit terungkap.

Sebagai dewa perang, Ares malah sering kalah dalam pertarungan. Athena pernah beberapa kali mengalahkan Ares. Herakles dan Diomedes juga pernah melukai tubuh Ares. Selain itu, Ares juga pernah dikalahkan oleh Aloadai, sepasang raksasa.

Atribut
Ares memiliki tombak berujung perunggu dan seperangkat baju perang (helm, perisai, sabuk, pelindung kaki) yang sangat bercahaya. Ares juga memiliki kereta perang yang ditarik oleh empat ekor kuda emas yang abadi dan mampu menyemburkan api: Aithon ("Api merah"), Konabos ("Kekacauan"), Flogios ("Nyala api") dan Fobos ("Rasa takut"). Istananya di Trakia merupakan benteng besi yang dipenuhi harta rampasan. 

Hewan keramat
Binatang kesukaan Ares adalah anjing. Hewan lainnya yang dikeramatkan bagi Ares adalah ular berbisa dan sekor naga yang menjaga mata air di Thebes. Burung favoritnya adalah burung pelatuk, burung hantu bertanduk, dan burung hering. Menurut Argonautica, burung keramat Ares (Ornithes Areioi) adalah burung berbulu anak panah yang menjaga kuil Ares di sebuah pulau di Laut Hitam. 

Pengawal
Deimos (teror) dan Fobos (rasa takut) adalah para pengawal Ares dalam pertempuran sekaligus anaknya dari dewi Afrodit. Pengawal Ares yang lainnya adalah Eris (saudari Ares), dewi pertengkaran, dan Enyo, dewi kekejaman dan perang yang haus darah. Ares juga ditemani oleh dewa perang lain, Enyalius, anaknya dari Enyo. Selain itu, pembantu Ares yang lain adalah Nike, dewi kemenangan.
Kehadiran Ares juga disertai oleh Kidoimos, dewa hiruk-pikuk peperangan, selain juga Makhai (dewa pertempuran), Hisminai (dewa pembantaian), Polemos (dewa perang), dan Alala, anak Polemos yang merupakan dewi seruan perang. 

Julukan
Dalam pemujaan terhadap Ares, sang dewa perang disebut juga sebagai Theritas (buas, kejam), Afneius (berlimpah), Gynaikothoinas (berpesta dengan perempuan), Alloprosallos (murah hati), Enyalius (dewa perang), Gradivus (pemimpin pasukan), dan Hiipius. Selain itu, Homer dan para penyair Yunani juga memberinya berbagai julukan, diantaranya adalah Brotoloigos (pembantai manusia), Andreiphontes (pembunuh manusia), Miaiphonos (berlumur darah), Laossoos (berperang dengan manusia), dan Teikhesipletes (penghancur kota).

Apollo (Dewa musik, pengobatan)

Apollo (bahasa Yunani: Απόλλων, Apóllōn; atau Απελλων, Apellōn) adalah Dewa cahaya, musik, pemanah, pengobatan, Matahari, dan penyair dalam mitologi Yunani dan mitologi Romawi. Ia merupakan anak dari Zeus dan Leto dan saudara kembar Artemis. Orakelnya di Delphi sangat terkenal. Banyak orang dari seluruh Yunani yang mengunjungi orakelnya untuk mencari tahu mengenai masa depan mereka. Dalam mitologi Etruska, dia dikenal sebagai Apullu. Apollo disembah baik oleh orang Yunani kuno maupun oleh orang Romawi kuno.
Ia mempunyai busur yang terbuat dari emas. Pohon salam, burung gagak, dan hewan lumba-lumba dikeramatkan untuknya.
Pengobatan dan penyembuhan dikaitkan padanya atau pada anaknya, Asklepios (dewa pengobatan), karena Apollo dipandang sebagai dewa yang membawa kesehatan, penyakit wabah. Sebagai dewa musik, Apollo adalah pemimpin para Muse (dewi musik dan nyanyian). Hermes menciptakan lira untuk Apollo dan alat musik tersebut menjadi atribut penting Apollo. Himne yang dinyanyikan untuk Apollo disebut paian. Pada masa Yunani kuno, terutama pada abad ketiga SM, dia dikaitkan dengan Helios (dewa Matahari) dan saudarinya, Artemis, dikaitkan dengan Selene (dewi bulan).

 Asal-Usul
Ada dua pendapat umum mengenai asal-usul Apollo: Salah satunya adalah bahwa Apollo berasal dari daerah timur, pendapat lainnya mengaitkan Apollo dengan bangsa Doria dan dewa mereka apellai (juga bulan Apellaios).Walter Burkert menyatakan bahwa asal-usulnya dapat dilihat dari para penyembahnya: bangsa Yunani Doria, bangsa Kreta-Minoa, dan bangsa Syro-Hittis.Menurut pendapat pertama, baik Apollo di Yunani maupun di Etruska mulai muncul di Aegea pada Zaman Besi (antara 1100 SM - 800 SM) dari Anatolia. Homer menceritakan Apollo memihak bangsa Troya dalam Perang Troya, dan dia dihubungkan dengan dewa bangsa Luwian, Apaliunas, yang tampaknya melakukan perjalanan dari timur ke barat. Dewa Aplu (dewa dari mitologi Hittis dan Hurria pada Zaman Perunggu Akhir, antara tahun 1700–1200 SM), juga mirip dengan Apollo yang diceritakan oleh Homer, yaitu sama-sama merupakan dewa wabah. Selain itu Aplu juga melambangkan dewa tikus Apollo Smitheus

Apollo (kiri) dan Artemis


Etimologi
Asal nama Apollo tidak jelas. Plato, dalam Kratilos, menghubungkan nama Apollo dengan ἀπόλυσις (apolisis), "menebus", dengan ἀπόλουσις (apolousis), "pemurnian", dan dengan ἁπλοῦν (aploun), "sederhana". Hesikhius menghubungkan nama Apollo dengan απελλα (apella) dari bahasa Doria, yang bermakna "majelis", sehingga Apollo disebut sebagai dewa politik. Kemungkinan lain adalah bahwa apellai berasal dari bentuk kuno dari Apollo yang bisa disamakan dengan Appaliunas, dewa dari Anatolia yang namanya kemungkinan bermakna "ayah singa" atau "ayah cahaya". Orang Yunani menghubungkan nama Apollo dengan kata kerja απολλυμι (apollimi) bermakna "menghancurkan". Pada masa modern, ada pendapat bahwa nama Apollo berasal dari nama dewa dari mitologi Hurria dan Hittis, Aplu, yang disembah selama "masa wabah". Aplu sendiri berasal dari mitologi Akkadia, Aplu Enlil, bermakna "putra Enlil", sebuah gelar yang diberikan pada dewa Nergal, yang dihubungkan dengan Shamash, dewa Matahari Babilonia.

Afrodit (Dewi Cinta, Kecantikan)

Afrodit (bahasa Yunani: Ἀφροδίτη) adalah dewi cinta, kecantikan, dan seksualitas dalam mitologi Yunani.Ada dua legenda berbeda mengenai kelahiran Afrodit. Versi pertama menyebutkan Afrodit adalah putri dari Zeus dan Dione, tapi legenda ini kurang populer. Versi kedua, yang didasarkan pada Theogonia karya Hesiodos, menyebutkan bahwa Afrodit dilahirkan dari alat kelamin Uranus yang dipotong oleh Titan Kronos dan dilemparkan ke laut. Alat kelamin itu ditutupi oleh buih laut dan dari buih-buih itulah Afrodit muncul.
Karena kecantikannya, para dewa takut bahwa Afrodit akan menimbulkan perpecahan di antara para dewa, karena itu Zeus menikahkan Afrodit dengan Hefaistos. Namun Afrodit memiliki banyak kekasih, baik dari kalangan dewa, misalnya Ares, maupun dari golongan manusia, misalnya Ankhises.
Afrodit merupakan tokoh penting dalam legenda Eros dan Psikhe, dan juga menjadi ibu angkat sekaligus kekasih Adonis. Banyak manusia dan dewa minor yang disebut-sebut sebagai anak Afrodit. Salah satu putra Afrodit yang terkenal adalah Eros (Cupid), dewa asmara.
Afrodit juga dikneal sebagai Kithireia (Wanita dari Kythira) dan Kipris (Wanita dari Siprus) karena kedua tempat tersebut dianggap sebagai tempat kelahiran Afrodit. Tanaman myrtle, burung dara, burung gereja, kuda dan angsa dikeramatkan untuknya.
Dalam mitologi Romawi, dia dikenal sebagai Venus. Orang Yunani juga mengidentikkan dewi Mesir kuno, Hathor, dengan Afrodit. Secara historis, pemujaannya di Yunani berasal dari, atau dipengaruhi oleh, pemujaan dewi Astarte di Punisia.
Afrodit memiliki banyak nama lokal lainnya, seperti misalnya Akidalia, Kythereia dan Kerigo, yang digunakan di daerah tertentu di Yunani. Tiap-tiap nama memiliki sedikit perbedaan dalam hal kultusnya namun secara keseluruhan orang Yunani mengenali kesamaan mereka sebagai satu Afrodit. Para filsuf Attika pada abad keempat SM memisahkan dewi Afrodit menjadi dua, yaitu Afrodit surgawi (Afrodit urania) dengan prinsip-prinsip transender dan Adoridt umum yang dikenal oleh orang-orang (Afrodit Pandemos).

Asal-Usul
Afrodit memiliki banyak padanan dalam mitologi lain, di antaranya adalah Inanna (mitologi Sumeria), Astarte (mitologi Funisia), Astghik (mitologi Armenia), Turan (mitologi Etruska), dan Venus (mitologi Romawi). Dia memiliki kesamaan dengan dewi-dewi fajar dari mitologi Indo-Eropa seperti Ushas atau Aurora. Pemujaan Afrodit berasal dari daerah timur: menurut Pausanias, pemujaan pertamanya didirikan di Asiria. Setelah itu, orang-orang Funisia menyebarkan pemujaan Afrodit pada orang-orang di Kythira. Dikatakan bahwa Afrodit mampu membuat semua pria jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.
Afrodit juga banyak memiliki nama lainnya, seperti Akidalia, Kythiria, Pandemos dan Kerigo. Nama-nama ini digunakan di daerah-daerah tertentu di Yunani. Ketika kota-kota Yunani bergabung, nama-nama itu terabaikan, dan nama Arodit dipakai sebagai gantinya.

Thalassa (Dewi Laut; Istri pontus)

Thalassa (bahasa Yunani: Θάλασσα) atau dikenal juga sebagai Thalatta dan Thalath, dalam mitologi Yunani adalah dewi laut awal, putri dari Aither dan Hemera. Bersama Pontos, dia adalah ibu dari sembilan Telkhines dan Halia. Terkadang dia juga dianggap sebagai ibu dari Afrodit dari perkawinannya dengan Uranus. Dia merupakan perwujudan dari laut Mediterania.

Tartaros (bagian tergelap dan terdalam dari dunia bawah)

Tartaros (bahasa Yunani: Τάρταρος) berasal dari mitologi Yunani Kuno. Tartatos diasosiasikan sebagai suatu tempat di bawah tanah yang kelam dan kejam (ada juga yang menyebutkannya sebagai neraka). Tartaros dipakai oleh dewa Zeus untuk mengurung sekaligus menghukum para perusak dan penjahat, seperti Titan, Tantalos dan lainnya.

Pontos (Dewa Laut; Ayah para makhluk laut)

Patung Pontus dari abad ke-2
Hanya sedikit yang diketahui tentang Pontos, Dalam mitologi yunani Pontos (bahasa Yunani: Πόντος) adalah salah satu dewa awal dalam mitologi Yunani dan merupakan dewa laut. Pontos adalah anak dari Gaia. Hesiod mengatakan bahwa Gaia melahirkan Pontos tanpa pasangan. Dari hubungannya dengan Gaia, Pontos memiliki anak Nereus, Thaumas, Forkis, Keto, dan Euribia. Sedangkan dari Thalassa, Pontos menjadi ayah dari para Telkhines.

Urea (Dewa pegunungan)

Hanya sedikit yang diketahu tentang Urea, Dalam mitologi Yunani, Urea (bahasa Yunani: Oὔρεα, tunggal: Ούρος, Ouros, "pegunungan") adalah dewa gunung dan pegunungan. Urea adalah anak dari Gaia (bumi). Setiap gunung memiliki Ureanya sendiri. Urea termasuk dalam kelompok dewa awal (Protogenoi). Urea digambarkan sebagai lelaki tua yang muncul dari pegunungan

Uranus (Dewa Langit)

Uranus (berdiri)
Uranus (bahasa Yunani: Οὐρανός) dalam dunia mitologi Yunani adalah dewa langit dan merupakan putra sekaligus suami Gaia (bumi), Gaia dan Uranus memiliki 6 putra Titan yaitu Okeanos, Koios, Hiperion, Krios, Iapetos, Kronos, dan 6 putri Titan yaitu Theia, Rea, Mnemosine, Foibe, Tethis, Themis, 3 Kiklops (raksasa bermata satu) yaitu Brontes, Steropes, Arges dan 3 Hekatonkheire (raksasa berlengan seratus) yaitu Kottus, Briareus, dan Giges.
Uranus membenci anak-anaknya dan menyembunyikan mereka di dasar bumi. Gaia ingin membalas dendam pada suaminya, maka ia memerintahkan Kronos (putra bungsunya) untuk mengebiri Uranus. Sebagai imbalan, Gaia akan menjadikan Kronos sebagai penguasa dunia. Gaia mempersenjatai Kronos dengan sabit/arit. Ketika Uranus sedang tidur, Kronos mengebiri Uranus dan alat kelamin Uranus ke laut. dari luka Uranus, lahirlah para Erinyes sang raksasa, Nimfa dan Meliai. Dari alat kelamin Uranus muncullah Afrodit.
karena murka kepada Kronos, Uranus pun meramalkan kalau Kronos akan digulingkan dari tahtanya oleh putranya sendiri (sebagaimana yang terjadi pada Uranus).

Nyx (Dewi Malam)

Hanya sedikit yang diketahui tentang Nyx/Niks, Dalam Mitologi Yunani, Niks (bahasa Yunani: Νύξ, Nyx) adalah dewi malam dan hanya dia yang Zeus takuti. Niks dilahirkan oleh Khaos. Bersama saudaranya Erebos, Niks melahirkan Aither (atmosfer) dan Hemera (siang). Niks juga adalah ibu dari Hipnos (tidur) dan Thanatos (kematian).

Nesoi (Dewi Kepulauan)

Ilustrasi Nesoi
Hanya sedikit yang diketahui tentang Nesoi, Dalam mitologi Yunani, Nesoi (Bahasa Yunani: αἱ Nῆσοι, "pulau-pulau") adalah dewi-dewi kepulauan. Nesoi merupakan dewi awal atau disebut Protogenoi. Setiap pulau memiliki dewinya sendiri