Mitologi Nordik
Showing posts with label Mitologi Nordik. Show all posts
Showing posts with label Mitologi Nordik. Show all posts

Elf

Pada legendarium J. R. R. Tolkien, Elf diceritakan sebagai ras yang lebih dahulu ada daripada manusia dan lebih unggul dibanding dengan manusia. Elf, bersama-sama dengan manusia dan Dwarf, merupakan penghuni dunia fiksi Dunia Tengah yang baik; selain ketiga ras utama tersebut, banyak pula ras-ras "jatuh" yang merupakan pengkorupsian dari ketiga ras ini. Proses kejadian para Elf diceritakan pada buku Silmarillion (yang disunting dan diterbitkan pasca kematian Tolkien) yang merupakan prekuel dari seri The Lord of the Rings, namun mereka tampil pula dan memiliki peranan penting dalam trilogi LOTR dan hanya memiliki peran kecil dalam The Hobbit. Detil lebih jauh mengenai mereka diberikan dalam tulisan-tulisan Tolkien lainnya yang dikumpulkan menjadi Unfinished Tales (Kisah yang Belum Selesai) dan The Histroy of Middle-earth (Sejarah Dunia Tengah). Buku-buku ini merupakan karya utama Tolkien yang ia kerjakan hingga akhir hayatnya.


Dari legendarium Tolkien mengenai ras Elf yang sangat detail inilah saat ini banyak bermunculan sub-ras dan kisah-kisah yang dipopulerkan melalui buku-buku serta media-media lainnya, contohnya adalah buku dan permainan papan serta permainan video Dungeons & Dragons, World of Warcraft, dan sebagainya. Dapat dikatakan semenjak adanya tulisan Tolkien mengenai Elf ini, figur Elf yang dulunya menyerupai peri atau makhluk halus sekarang kalah terkenal dibanding dengan figur yang menyerupai manusia dengan tubuh langsing dan telinga runcing.

Sejarah 

Asal Muasal
Menurut Silmarillion, Elf merupakan "anak pertama" Arda (dunia), yang telah ada selama jangka waktu yang sangat lama sebelum manusia ("anak kedua") diciptakan. Elf yang pertama "dibangunkan" oleh Eru Iluvatar dekat pantai Cuivienen pada Zaman Dua Pohon di Zaman Pertama. Mereka bangun di bawah sinar bintang, karena matahari dan bulan belum diciptakan, oleh karena itu Elf erat hubungannya dengan bintang dan sinar bintang. Mereka tinggal di tepi aliran sungai, menciptakan puisi, musik, dan lagu. Mereka juga menciptakan kata-kata baru, memberi nama benda-benda, dan senang memandangi bintang. Mereka bertubuh tinggi, berambut hitam, dan hidup dengan damai karena kejahatan belum masuk ke Arda, dunia mereka.

Perpecahan

Para elf terpecah menjadi dua kelompok utama (dan banyak lagi perpecahan kecil lainnya) yang tidak pernah seutuhnya bersatu lagi. Nama Quendi merujuk pada keseluruhan Elf


Para Valar (malaikat) yang memerintah dunia dari Valinor, memutuskan untuk mengundang para Elf (yang dalam bahasa mereka disebut dengan nama Quendi) untuk tinggal bersama mereka karena Melkor, sang Tuan Kegelapan, seorang Valar yang memberontak, ingin menghancurkan segala yang baik di Arda (dunia). Para Valar mengirimkan Orome untuk menjemput para Elf. Dari semua Elf yang ada, tidak semuanya memenuhi panggilan itu, karena mereka belum mengenal siapa para Valar tersebut. Ingwe, Finwe, dan Elwe adalah tiga orang Elf yang bersedia pergi dengan Orome ke Valinor untuk menjadi duta. Sekembalinya mereka dari sana, merekapun mengajak seluruh kaumnya untuk pergi, karena memang Valinor lebih indah daripada Dunia Tengah. Ketiga Elf itu berhasil meyakinkan mayoritas Elf untuk pergi bersama-sama dengan mereka. Namun sebagian kecil menolak, dan mereka ini disebut dengan bangsa Avari (Mereka yang Tidak Mau Ikut) atau Avamanyar (Mereka yang Menolak Pergi ke Aman). Itulah perpecahan yang pertama. Pada akhirnya nanti setelah ratusan tahun berpisah, mereka memiliki bahasa, budaya, perawakan, dan sifat yang berbeda-beda. (Setelah perpecahan besar ini bangsa Avari terpecah-pecah lagi, namun detailnya tidak diketahui oleh manusia. Beberapa suku bermigrasi ke Barat dan bergabung dengan para Nandor, sedikit sampai hingga bertemu para Sindar).

Rombongan Elf yang berangkat ini disebut dengan bangsa Eldar (Kaum Bintang), oleh Orome. Mereka menjadikan Ingwe, Finwe, dan Elwe sebagai pemimpin mereka. Dalam perjalanan ke Barat, mereka melewati Pegunungan Berkabut, dan sebagian Elf, karena takut, memilih untuk tidak meneruskan perjalanan dan menetap di tanah yang mereka sedang lalui. Mereka adalah bagian dari kaum Elwe yang dipimpin oleh Lenwe dan kelompok mereka dinamai Nandor (Mereka yang Kembali). Bangsa Nandor dan Avari disebut dengan nama Moriquendi (Elf Kegelapan). Itulah perpecahan yang kedua.

Kemudian rombongan utama Elf meneruskan perjalanannya melalui Pegunungan Berkabut dan Pegunungan Biru (Ered Lindon atau Ered Luin) menuju Beleriand. Di sana Elwe tersesat dan tidak dapat ditemukan oleh kaumnya, oleh karena itu Ingwe dan Finwe dengan terpaksa meninggalkan Elwe dan kaumnya dan meneruskan perjalanan mereka. Bersama-sama dengan kaum Nandor yang dipimpin oleh Lenwe, kaum Elwe ini disebut sebagai bangsa Teleri. Itulah perpecahan yang ketiga.

Setelah sampai di tepi barat Dunia Tengah yang dipisahkan dengan samudra luas dengan Valinor, Ingwe, Finwe, dan kaum mereka diangkut oleh pulau yang bergerak yang digerakkan oleh Ulmo, salah satu Valar yang menguasai lautan, menuju Valinor di ujung samudera satunya. Setelah beberapa waktu, Ulmo kembali ke Beleriand untuk mencari kaum Teleri (Mereka yang Datang Terakhir), yaitu kaum Elwe, yang tersisa untuk diajak ke Valinor. Karena Elwe belum ditemukan, maka mayoritas kaum Teleri menunjuk Olwe, saudara Elwe, sebagai pemimpin mereka yang baru, dan bersama-sama mereka memenuhi ajakan Ulmo untuk mengikuti jejak saudara-saudara mereka yang telah sampai ke Valinor. Mereka kemudian disebut sebagai bangsa Falmari.

Namun sebagian kecil kaum Teleri tersebut, terutama orang-orang dekat Elwe, memilih untuk tinggal dan meneruskan pencarian mereka. Mereka disebut sebagai bangsa Sindar (Elf Abu-abu). Bangsa Sindar dan Nandor disebut dengan nama Umanyar (Mereka yang Tidak Sampai ke Aman (Dunia Tengah)). Dari para Sindar yang tinggal di Dunia Tengah, sebagian memilih untuk tinggal di tepi pantai dan menjadi pembuat kapal. Mereka dipimpin oleh Cirdan sang pembuat kapal. Mereka tinggal di Falas dan disebut sebagai kaum Falathrim (Kaum di tepi Pantai). Kelompok yang tinggal di hutan Doriath disebut dengan Iathrim (Kaum di antara Sabuk) dan sisanya yang menempati daerah barat laut Beleriand di dekat sebuah danau disebut dengan Mithrim (Kaum Abu-abu). Di kemudian hari, sebagian kaum Noldor mengembara ke Barat dan bertemu dengan kaum Sindar. Mereka kemudian disebut dengan Laiquendi (Elf Hijau). Di Valinor, ketiga keluarga utama berkumpul (Elwe diwakili oleh Olwe, saudaranya) dan mereka disebut dengan Calaquendi (Elf Cahaya) atau Amanya (Mereka yang Sampai ke Aman). Olwe dan kaumnya memilih untuk tinggal di tepi pantai agar dapat memandangi Dunia Tengah dari jauh. Kaum mereka disebut dengan Falmari (Kaum Penunggang Ombak). Ingwe dan kaumnya tinggal di kediaman para Valor dan menjadi kaum Elf yang paling mulia dan terhormat, layaknya para bangsawan yang terhormat. Mereka tidak pernah menginjakkan kaki ke Dunia Tengah lagi dan mereka disebut dengan nama Vanyar (Elf Rupawan). Finwe dan kaumnya tinggal di antara kedua keluarga yang lain, tidak di dekat pantai dan tidak di dekat kediaman para Valar. Mereka disebut dengan nama Noldor (Elf Dalam) dan dari keturunan kaum merekalah cerita Silmarillion dikisahkan.

 Nantinya setelah peristiwa pengasingan para Noldor, Finarfin, putra Finwe, berangkat ke Dunia Tengah bersama kedua saudaranya, Fingolfin dan Feanor, namun memutuskan kembali dan menjadi Raja Noldor di Valinor. Feanor yang diasingkan ke Dunia Tengah dan diikuti oleh Fingolfin saudaranya akhirnya menetap di Dunia Tengah. Mereka disebut sebagai Kaum yang Diasingkan dan Fingolfin menjadi Raja Noldor di Dunia Tengah. Selain dari pada perpecahan-perpecahan besar tersebut, masing-masing keturunan para Elf yang mula-mula membuat Dinasti-dinasti mereka sendiri. Berdasarkan letak geografis dan situasinya, mereka mengembangkan bahasa yang berlainan, namun bahasa Elf yang utama yang digunakan di Dunia Tengah (dan di buku-buku Tolkien) adalah bahasa kaum Elwe (bahasa Sindarin), dan kaum Noldor yang kembali ke Dunia Tengah dari Valinor akhirnya harus mempelajari bahasa tersebut

Siklus Kehidupan
Para Quendi atau Elf pada dasarnya adalah makhluk dengan roh yang abadi, yang tidak lekang dimakan usia; namun bukan berarti tubuh mereka tidak bisa mati. Walaupun roh mereka abadi, namun tubuh mereka mengalami proses penuaan, namun dengan sangat lambat, setara dengan ribuan tahun umur manusia. Tubuh mereka juga dapat mati/hancur karena penyakit, peperangan, dibunuh, dan sebab-sebab tak alami lainnya. Jika seorang Elf meninggal, maka rohnya akan dikumpulkan bersama kaumnya di Rumah Mandos, sang Valor Kematian, di Valinor; berbeda dengan ras manusia di Dunia Tengah yang tidak diketahui nasibnya setelah meninggal. Setelah beberapa waktu, jasad mereka akan dikembalikan dan mereka dapat tinggal di Valinor, namun mereka tidak akan pernah dapat pergi ke Dunia Tengah lagi. Finwe, Raja Para Noldor, adalah Elf pertama yang mati. Ia dibunuh oleh Melkor. Sejak saat itu tak terbilang banyaknya Elf yang mati di Dunia Tengah karena peperangan yang tidak berkesudahan antara kekuatan baik (Elf, manusia, Dwarf) dan kekuatan jahat (Melkor/Morgoth, Sauron, Orc, dll) Elf yang hidup di Dunia Tengah juga berumur sedikit lebih pendek dari mereka yang tinggal di Valinor karena diceritakan bahwa Dunia Tengah telah dicemari oleh Melkor, sang Tuan Kegelapan. Separo-Elf yang merupakan keturunan dari Elf dan manusia juga berumur lebih pendek dari ras Elf murni, namun lebih panjang dari ras manusia.

Nama dan Konvesi penamaan
Tolkien berulang kali menyatakan ketidaknyamanannya dengan penggunaan kata elf dan "asosiasinya yang saya sebenarnya tidak inginkan [...] contohnya dalam karya Drayton atau dalam A Midsummer Night's Dream [raja para peri: Titania dan Oberon]". Dalam karya-karyanya, Tolkien seolah-olah hanya berperan sebagai penerjemah bahasa yang umum digunakan di Dunia Tengah (bahasa Westron) ke dalam bahasa Inggris, dan "elf" merupakan padanan kata terdekat untuk menyebut ras yang pertama tersebut, dengan menyebutkan bahwa "[elf merupakan] bentuk tertua dari nama yang digunakan, dan terserah kepada para pembaca buku saya untuk menentukan asosiasinya." Ia ingin menghindari asosiasi dalam literatur era Victoria tentang "peri" atau makhluk halus yang nakal yang sering dipandankan dengan kata tersebut (elf), dan berusaha untuk menunjukkan makhluk yang lebih berkembang yang "memiliki kekuatan magis yang mengesankan dalam mitologi Teutonik mula-mula" (Oxford English Dictionary viz. bahasa Inggris Kuno ælf, dari Proto-Jermanik *albo-z). Para Elf juga disebut sebagai "Yang Lahir Pertama"/"Anak Pertama" (Q: Minnonar, atau "Saudara yang Lebih Tua" (bandingkan dengan manusia dalam Dunia Tengah yang disebut sebagai "Yang Lahir Kedua"/"Anak Kedua") karena mereka "dibangunkan" oleh Eru Iluvatar sebelum para manusia. Para Elf menamai diri mereka Quendi ("Yang Berbicara") karena mereka melihat bahwa mereka adalah satu-satunya makhluk yang mampu berbicara. Para Dunedain (Dwarf) menamai mereka Nimir ("Yang Menawan"). Dalam bahasa Sindarin atau bahasa kaum Sindar (Elf Dunia Tengah), mereka menamai diri mereka Eledhrim.

Para Elf mengenal tiga macam nama diri: ataresse, amilesse, dan yang lebih jarang adalah epesse (esse artinya "nama" dalam bahasa Quenya).

  • Ataresse adalah nama tunggal yang diberikan oleh ayah mereka pada waktu kelahiran mereka. Biasanya nama ini melambangkan nama ayah dan ibu mereka, menandakan garis keturunan mereka, dan asal kaum mereka. 

  • Amilesse adalah nama kedua yang mereka terima dari ibu mereka setelah mereka dewasa. Nama ini mencerminkan kepribadian mereka, keahlian mereka, atau nasib mereka - yang kadang-kadang bersifat nubuatan. Nama kedua ini sangat penting bagi seorang Elf. 

  • Epesse atau nama julukan adalah jenis yang ketiga. Nama ini diberikan jika seorang Elf melakukan suatu hal yang tidak biasa. Nama ini dapat diberikan oleh siapa saja, seringkali merupakan ungkapan kekaguman atau penghormatan. Dalam kasus-kasus tertentu, seorang Elf dapat memilih nama untuk dirinya sendiri yang disebut dengan kilmesse atau "nama sendiri". 
Nama mereka yang sebenarnya tetap adalah dua nama yang pertama, meskipun seorang Elf dapat dipanggil dengan menggunakan salah satu dari keduanya. Nama amilesse seorang Elf biasanya tidak digunakan oleh mereka yang tidak begitu mengenalnya. Setelah pengasingan bangsa Noldor ke Dunia Tengah dan pengadopsian bahasa Sindarin atas bahasa Quenya yang mereka pergunakan di Valinor, kebanyakan Elf Noldor mengadopsi nama terjemahan dalam bahasa Sindarin yang sepadan dengan salah satu nama mereka dalam bahasa Quenya. beberapa contoh :

  • Galadriel adalah terjemahan untuk Alatariel, epesse yang diberikan oleh Celeborn. Ataressenya adalah Artanis dan Amilessenya adalah Nerwen. 

  • Maedhros, putra pertama Fëanor, disebut Russandol oleh saudara-saudaranya karena rambutnya yang bewarna perunggu. Ataressenya adalah Nelyafinwe (Finwe ketiga - ayahnya, Feanor, memiliki ataresse Curufinwe) dan Amilessenya adalah Maitimo. Maedhros adalah penerjemahan ke dalam bahasa Sindarin sebagian dari amilesse dan epessenya Finrod biasanya disebut dengan Felagund, epesse yang diberikan oleh para Dwarf (aslinya Felakgundu). 

  • Finrod mengambil nama tersebut menjadi namanya, dan menjadikannya gelar kehormatan. 

  • Círdan (Pembuat Kapal) adalah epesse Elf Teleri ini. Nama aslinya (ataressenya) yang jarang disebutkan ialah Nowe.

Troll

Troll adalah makhluk gaib dalam mitologi Norse dan cerita rakyat Skandinavia. Asal-usul, salah satu arti dari istilah troll adalah sinonim negatif untuk jötunn (jötnar jamak), makhluk dalam mitologi Norse, meskipun kata itu juga digunakan mengenai penyihir, berserkers dan berbagai tokoh magis jahat. Dalam berbagai sumber Norse Lama, menggambarkan Troll tinggal di bebatuan yang terisolasi, gunung, dan gua, hidup bersama dalam keluarga kecil, dan jarang sekali membantu manusia.

Kemudian, dalam cerita rakyat Skandinavia, troll menjadi makhluk menurut mereka sendiri, di mana mereka tinggal jauh dari tempat tinggal manusia, tidak dikristenkan, dan dianggap berbahaya untuk manusia.
Tergantung wilayah dari mana Troll berasal, penampilan mereka sangat bervariasi; Troll mungkin jelek dan bodoh atau terlihat dan berprilaku seperti manusia, tanpa karakteristik terutama tentang mereka. Troll kadang-kadang terkait dengan landmark tertentu, yang kadang-kadang dapat dijelaskan karena Troll terbentuk karena terkena sinar matahari. Salah satu elemen yang paling terkenal dari cerita rakyat Skandinavia, troll digambarkan dalam berbagai media dalam budaya populer modern. Setara yang dalam cerita rakyat Shetland dan Orkney dikenal sebagai "Trow".

Mitologi Norse
 Dalam mitologi Nordik, troll, seperti thurs adalah istilah yang diterapkan untuk jötnar, dan disebutkan ke seluruh korpus Norse Lama. Dalam sumber-sumber Norse Lama, troll dikatakan tinggal di pegunungan terisolasi, batu, dan gua, kadang-kadang hidup bersama (biasanya sebagai ayah-anak dan atau ibu dan anak), dan jarang digambarkan sebagai sesuatu yang berguna atau ramah. Dalam Prosa Edda buku Skáldskaparmál, skenario menggambarkan pertemuan antara seorang wanita troll tidak disebutkan namanya dalam abad ke-9 skald dengan Bragi Boddason. Menurut sebagian,  pada larut malam, Bragi sedang mengemudi melalui "hutan tertentu" kemudian seorang wanita troll agresif bertanya siapa dia, dalam proses menggambarkan dirinya:
Bragi merespon pada gilirannya, menggambarkan dirinya sendiri dan kemampuannya sebagai skald terampil, sebelum skenario berakhir.

Ada banyak kebingungan dan tumpang tindih dalam penggunaan istilah Norse jötunn, troll, þurs dan risi, yang menggambarkan berbagai makhluk. Lotte Motz berteori bahwa ini adalah awalnya empat kelas yang berbeda dari makhluk; penguasa alam (jötunn), penyihir mitos (troll), monster bermusuhan (þurs) dan makhluk heroik dan sopan (risi) - kelas terakhir menjadi penambahan termuda. Ármann Jakobsson menyebut teori ini "tidak didukung oleh bukti yang meyakinkan". Dia telah pergi untuk mempelajari contoh Norse Tua troll dan telah menyimpulkan bahwa pada Abad Pertengahan, istilah ini digunakan untuk menunjukkan berbagai makhluk seperti raksasa atau penghuni gunung, penyihir, orang normal yang kuat atau besar atau orang jelek, roh jahat, hantu, blámaðr, babi hutan magis, orang kafir setengah dewa, iblis, brunnmigi atau mengamuk.

Cerita Rakyat Skandinavian

 Kemudian, dalam cerita rakyat Skandinavia, troll menjadi didefinisikan sebagai suatu jenis makhluk. Banyak cerita tentang troll dicatat, di mana mereka sering digambarkan sebagai orang yang sangat tua, sangat kuat, tapi lambat dan bodoh, dan pada waktu yang digambarkan sebagai pemangsa manusia dan menjadi batu jika terkena dengan sinar matahari. Namun, troll juga dibuktikan dengan banyak yang meilhat Troll seperti manusia, tanpa penampilan yang mengerikan tentang mereka, tetapi di mana mereka berbeda dalam arti mereka tinggal jauh dari tempat tinggal manusia, dan, tidak seperti dan näck - yang dibuktikan sebagai "makhluk soliter", troll umumnya memiliki "beberapa bentuk organisasi sosial". Di mana mereka berbeda, Lindow menambahkan, adalah bahwa mereka bukan Kristen, dan mereka yang bertemu dengan mereka tidak tahu mereka. Oleh karna itu Troll berada di ujung bahaya, tanpa memandang seberapa baik mereka bergaul dengan masyarakat Kristen, dan troll menunjukkan kebiasaan bergtagen ('penculikan'; harfiah "pengambilan gunung") dan menduduki sebuah peternakan atau real. Sambil mengingatkan bahwa etimologi dari kata "troll" masih belum pasti, John Lindow kemudian mendefinisikan troll ke dalam cerita rakyat Swedia sebagai "makhluk alam" dan sebagai "semua tujuan makhluk dunia lain, yang setara, misalnya, peri di Tradisi Anglo-Celtic" dan bahwa mereka "oleh karena itu muncul dalam legenda migrasi berbagai kolektif di mana sifat-makhluk yang menyerukan". Lindow mencatat bahwa troll kadang-kadang bertukar barang untuk seekor kucing dan "orang kecil" dalam catatan cerita rakyat. 

Rakyat Skandinavian percaya bahwa petir dapat membuat Troll ketakutan dan jötnar muncul dalam berbagai cerita rakyat Skandinavia, dan mungkin merupakan cerminan akhir dari peran dewa Thor dalam memerangi makhluk tersebut. Sehubungan, kurangnya troll dan jötnar modern Skandinavia kadang-kadang dijelaskan sebagai akibat dari "akurasi dan efisiensi dari sambaran petir". Selain itu, tidak adanya troll di daerah Skandinavia digambarkan dalam cerita rakyat sebagai sebuah "konsekuensi dari din konstan lonceng gereja". Cincin ini menyebabkan troll berangkat ke negeri lain, meskipun bukan tanpa perlawanan; tradisi banyak menceritakan bagaimana troll menghancurkan gereja dalam pembangunan atau menerjangkan batu-batu besar ke gereja. Batu lokal yang besar kadang-kadang digambarkan sebagai hasil dari melemparan troll. Selain itu, sampai abad 20, asal-usul landmark Skandinavia tertentu, seperti batu yang dianggap berasal dari troll yang mungkin, telah berubah menjadi batu setelah terpapar sinar matahari.

Troll yang kecil dibuktikan hidup didalam gundukan pemakaman dan di pegunungan dalam cerita rakyat Skandinavia.Di Denmark, makhluk ini tercatat sebagai troldfolk ("kaum-troll"), bjergtrolde ("gunung-troll"), atau bjergfolk ("gunung-rakyat") dan di Norwegia juga sebagai troldfolk ("kaum-troll") dan tusser. Troll dapat digambarkan berukuran kecil, mirip manusia atau setinggi manusia tergantung pada daerah asalnya dari cerita. James MacCulloch berteori hubungan antara Norse Lama vættir dan troll, berteori bahwa kedua konsep tersebut berasal dari (atau pada akhirnya berasal dari) roh-roh orang mati.

Jotun

Dalam mitologi Nordik, Jotun adalah raksasa, ras manusia perkasa dan memiliki ukuran tubuh yang besar dan kekuatan menakjubkan. Mereka bertikai dan bermusuhan dengan para Dewa, meskipun di antara mereka ada yang menikahi para Dewa. Benteng terkuat mereka bernama Utgard, terletak di suatu tempat yang disebut Jötunheimr, dunia para Jotun, salah satu di antara sembilan dunia dalam kosmologi Norwegia. Dunia para raksasa, Jotunheimr, terpisah dengan dunia manusia, Midgard dan dibatasi oleh pegunungan tinggi dan hutan belantara. Jotun yang tidak tinggal di Jötunheimr biasanya tinggal di gua-gua dan di tempat-tempat yang gelap.
Dalam bahasa Norwegia kuno, mereka disebut ‘’’Jötnar’’’ (tunggal: Jötunn), atau ‘’’Risar’’’ (tunggal: Risi), kadangkala disebut ‘’’Bergrisar’’’, atau ‘’’Þhursar’’’ (baca: Thursar; tunggal: þhurs). Kaum raksasa berjenis kelamin wanita disebut Gýgr.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jotun

Ragnarok

Pintu gerbang utara Urnes abad ke-11
Ragnarok (takdir para dewa) adalah suatu bagian dari mitologi Nordik tentang pertempuran di akhir dunia. Pertempuran antara Æsir, yang dipimpin oleh Odin dan para iblis (raksasa api dan berbagai monster yang dipimpin oleh Loki), Iris .Pertempuran terjadi di suatu daerah bernama vigrid plain Makna dari pertempuran ini tidak hanya pertempuran antara Dewa, raksasa dan monster, tetapi juga melibatkan seluruh alam semesta .Dari pertempuran ini banyak dewa-dewi yang mati termasuk odin.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ragnarok_(Mitologi)

Æsir

Para Dewa hidup abadi dengan memakan apel dari Iðunn
Dalam mitologi Nordik, Æsir (bentuk tunggal: Ás, wanita: Ásynja, wanita-jamak: Ásynjur, Anglo-Saxon Ós, dari bahasa Proto-Jerman Ansuz) adalah Dewa-Dewi pokok dan utama di antara ras Dewa-Dewi dalam phanteon mitologi Nordik. Dewa-Dewi utama tersebut seperti: Odin, Frigg, Baldr, Thor, dan Tyr. Mereka adalah Dewa-Dewi yang sering muncul dalam mitologi Norwegia.

Dewa-Dewi dalam Mitologi Nordik
Dewa-Dewi dalam mitologi Nordik adalah makhluk yang hidup abadi, punya kemahakuasaan, wujudnya seperti manusia namun bukan manusia. Beberapa di antaranya berasal dari keturunan raksasa (Jotun).
Mereka adalah suatu ras dari makhluk yang lebih berkuasa dari umat manusia. Mereka tidak bisa mengalami penyakit dan tidak terkena dampak usia tua, karena memakan apel dari Idun. Mereka bisa terbunuh dalam pertempuran, namun bisa juga hidup abadi sampai Ragnarok tiba. Kisah-kisah mengenai mereka tertulis di dalam kitab-kitab yang disebut Edda.
Penyembahan kepada para Dewa-Dewi kini tidak begitu penting dan jarang muncul dalam mitologi. Namun Dewa Odin dan Thor sangat penting dan terkenal, baik dalam mitologi maupun pemujaan.

Dua Golongan Dewa-Dewi
Dalam mitologi Nordik dikenal adanya golongan Æsir dan Vanir. Golongan Æsir adalah Dewa-Dewi utama, seperti yang dipaparkan di atas. Golongan Dewa-Dewi yang kedua disebut Vanir, yang juga muncul dalam kisah-kisah Skandinavia kuno. Mereka adalah: Dewa Njord dan anak-anaknya, Freyr dan Freyja, yang merupakan Dewa-Dewi utama kaum Vanir yang bergabung bersama Æsir sebagai sandera ketika kaum Æsir dan Vanir berperang.
Kaum Vanir cenderung sebagai Dewa-Dewi yang mengatur masalah kesuburan dan sesuatu yang berkaitan dengan alam, sedangkan Aesir cenderung sebagai Dewa-Dewi yang memiliki kekuatan dan menguasai peperangan.
Vanir dan Æsir berinteraksi seperti dua kaum berbeda antara yang tua dan yang muda, seperti dalam mitologi Yunani, antara para Titan dan para Dewa di Olympus. Selayaknya manusia, Vanir dan Æsir juga pernah bertarung dengan sesama, membuat perjamuan, dan pernah saling menukar sandera (contohnya seperti Freyr dan Freyja). Tema seperti itu sudah sering muncul dalam mitologi rumpun Indo-Eropa, yakni konflik antara para Dewa langit yang sangat berkuasa dalam peraturan melawan para Dewa bumi yang biasa mengatur kesuburan di muka bumi.
 
 sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%86sir

Balder

Balder (bahasa Norwegia kundo: Baldr, bahasa Islandia dan Faroe: Baldur, bahasa Norwegia modern, Swedia, Denmark adalah Baldr) adalah Dewa kedamaian, keindahan, kegembiraan, dan kesucian dalam Mitologi Nordik. Dia adalah putera kedua Odin. Istrinya Nanna dan putranya bernama Forseti. Balder memiliki kapal terbesar yang pernah dibuat, bernama Hringhorni, dan sebuah balairung yang bernama Breidablik.
Ia mati karena ulah Loki yang memperdaya Hodhr.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Baldr

Loki (Dewa Cerdik)

Loki/ Loke (Loki Laufeyjarson) adalah seorang dewa, keturunan Jotun yang suka mangacau dan memberi tipu muslihat, putera raksasa Fárbauti dan Laufey, dan saudara angkat Odin. Ia dijuluki sebagai “Si pencari masalah”. Ia dengan leluasa berbaur dengan para Dewa, sebelum diangkat menjadi saudara Odin. Menurut mitologi, Loki bukan seorang Dewa. Dia tidak dianggap termasuk golongan Æsir ataupun golongan Vanir, karena ia berasal dari golongan Jotun. Namun karena dia memiliki kedekatan dengan Odin, maka dia dianggap golongan Æsir.
Loki adalah Dewa cerdik yang memperdaya Hodhr, saudara Balder yang buta untuk membunuh Balder.

Tyr (Dewa Pertempuran)

Tyr (bahasa Norwegia kuno: Týr) adalah Dewa pertempuran dan kemenangan yang berlengan satu dalam Mitologi Nordik. Dalam Edda Islandia, dia merupakan putera Odin dan Hymir. Ia mengorbankan tangannya kepada serigala yang bernama Fenris sehingga ia hanya memiliki satu tangan

Odin (Pemimpin Para Dewa)

Dalam Mitologi Nordik, Odin adalah pemimpin para Dewa. Namanya konon berasal dari kata “óðr” (baca: Odhr), yang berarti “perangsang”, “kemarahan”, dan “puisi”. Sebagai pemimpin para Dewa, ia memiliki banyak peran: Dewa kebijaksanaan, Dewa perang, Dewa pertempuran, dan Dewa kematian.

Thor (Dewa Petir)

Dalam Mitologi Nordik, Thor (bahasa Norwegia kuno: Þórr; bahasa Inggris kuno: Þunor) adalah "Si janggut berambut merah" yang bergelar sebagai Dewa Petir. Thor adalah putera Dewa Odin dan raksasa Jord. Selama Ragnarök, Thor dan Jörmungandr akan saling membunuh satu sama lain.

Kisah Mengenai Thor
Menurut kisah yang tertulis di Edda, saat Loki sedang terbang, ia tertangkap oleh Geirrod. Geirrod yang membenci Thor menyuruh Loki agar mengajak Thor mengunjungi kastilnya karena ia ingin membunuh Thor di sana. Loki setuju dengan rencana tersebut dan Thor tidak tahu bahwa ia diajak masuk perangkap Loki. Ketika mereka memasuki kastil Geirrod, Grid (seorang Jotun wanita) tidak mengizinkan masuk. Ia menunggu sampai Loki meninggalkan mereka berdua. Setelah Loki pergi, Grid menceritakan apa yang sebenarnya terjadi lalu ia memberikan sarung tangan baja, tongkat dan sabuk ajaib. Setelah itu, Thor membunuh Geirrod dan semua Jotun yang ditemuinya, kecuali Gjálp dan Greip, dua puteri Geirrod.

Fenrir

Dalam mitologi Nordik, Fenrir atau Fenrisúlfr atau Hróðvitnir atau Vánagandr adalah seekor serigala raksasa. Fenrir diceritakan dalam Puisi Edda, kumpulan puisi yang dikumpulkan pada abad ke-13 dari sumber-sumber tradisional, dan Prosa Edda serta Heimskringla, yang ditulis pada abad ke-13 oleh Snorri Sturluson. Dalam Puisi Edda maupun Prosa Edda, Fenrir merupakan ayah dari serigalas Sköll dan Hati Hróðvitnisson. Fenrir adalah anak dari Loki, dan diramalkan akan membunuh dewa Odin dalam Ragnarök, tetapi Fenrir akan mati dibunuh oleh putra Odin, Vídarr.
Dalam Prosa Edda, ada informasi tambahan mengenai Fenrir, salah satunya adalah mengenai tindakan para dewa yang berusaha mengikat Fenrir, yang tumbuh dengan cepat, supaya hewan tersebut tidak menimbulkan bencana. Dalam usahanya mengikat Fenrir, dewa Týr kehilangan tangan kanannya akibat gigitan sang serigala.