Kriptid Laut
Showing posts with label Kriptid Laut. Show all posts
Showing posts with label Kriptid Laut. Show all posts

Kraken

Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata.


Kraken adalah seekor monster yang digambarkan sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah Islandia dan Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang lewat dengan cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan menariknya ke bawah.

Kata Kraken sendiri berasal dari Kata "Krake" dari bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan yang tidak sehat atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di dalam bahasa jerman modern untuk merujuk kepada Gurita.


Begitu populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah namanya.

Karakter Kraken
Kita mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.

Mr. Linnaeus adalah orang yang pertama kali mengklasifikasi makhluk hidup ke dalam golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia mengklasifikasikan Kraken ke dalam golongan Chepalopoda dengan nama latin Microcosmus. Jadi, boleh dibilang kalau Kraken memiliki tempat di dalam sains modern.

Erik Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun 1752 kalau Kraken "tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar yang pernah dikenal".

Menurut Pontopiddan, Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang terapung dan memiliki tentakel seperti bintang laut. Ia juga menyebutkan kalau makhluk ini bisa menggulung kapal yang lewat dengan tentakelnya dan menariknya ke dasar lautan. Namun, menurut Pontopiddan, bahaya terutama dari Kraken adalah riak air yang dashyat ketika ia menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa menenggelamkan kapal yang ada di dekatnya.

Menariknya, selain menggambarkan Kraken sebagai makhluk yang berbahaya, Pontopiddan juga menulis mengenai sisi lain dari makhluk misterius ini. Ia menyebutkan kalau ikan-ikan di laut suka berada di dekat Kraken. Karena itu juga, para nelayan Norwegia yang mengetahui hal ini suka mengambil risiko untuk menangkap ikan dengan membawa kapalnya hingga berada tepat di atas Kraken.

Jika mereka pulang dengan membawa hasil tangkapan yang banyak, para penduduk desa tahu kalau para nelayan tersebut pastilah telah menangkap ikan tepat di atas Kraken.

Sejak lama, makhluk ini hanya dianggap sebagai bagian dari Mitologi kuno yang setara dengan sebuah dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai monster ini terdampar di pantai Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para ilmuwan mulai menyadari kalau legenda mengenai Kraken mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).

Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?

Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?

Penampakan Signifikan
Pada tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang menyelidiki subjek mengenai Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di St.Malo, Brittany, Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan seekor gurita raksasa sedang menyerang sebuah kapal dengan cara menggulungnya dengan tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan tersebut ternyata berdasarkan pada peristiwa nyata.

Dikisahkan kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan ziarah.

Para awak kapal kemudian mengambil kapak dan mulai melawan monster itu dengan memotong tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai pemenuhan atas kaul itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas di Britanny dan menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa yang menimpa mereka.

Sayangnya, peristiwa yang menimpa para pelaut itu tidak diketahui persis tahun terjadinya. Namun, paling tidak, penyerangan monster raksasa terhadap sebuah kapal tidak bisa dibilang sebagai mitos semata.

Selain kisah lukisan di Kapel St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan perjumpaan lain dengan makhluk serupa cumi atau gurita raksasa yang dialami oleh kapten Jean-Magnus Dens dari Denmark yang bertemu dengan makhluk itu juga di lepas pantai Angola. Makhluk raksasa itu menyerang kapal mereka dan bahkan berhasil membunuh tiga awaknya.

Para awak kapal yang lain tidak tinggal diam dan segera mengambil meriam dan menembakkannya ke monster itu berulang-ulang hingga ia menghilang ke dalam lautan.

Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.

Kisah lain terjadi pada tanggal 30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak kapal Perancis, Alencton, menyaksikan seekor monster laut raksasa berenang tidak jauh dari kapal. Para pelaut segera menyiapkan peluru dan mortir yang kemudian ditembakkannya ke arah monster itu.

Monster yang ketakutan dengan segera berenang menjauh. Namun, kapal Alencton segera diarahkan untuk mengejarnya. Ketika mereka berhasil mendekatinya, garpu-garpu besi segera dihujamkan ke tubuh monster itu dan jaring segera dilemparkan. Ketika para awak mengangkat jaring itu, tubuh monster itu patah dan hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam air dengan menyisakan hanya sebagian dari tentakelnya.

Ketika kapal itu mendarat dan tentakel itu diperlihatkan kepada komunitas ilmuwan, mereka sepakat kalau para awak kapal mungkin telah menyaksikan seekor cumi raksasa dengan panjang sekitar 8 meter.

Pada bulan Oktober 1873, seorang nelayan bernama Theophile Piccot dan anaknya berhasil menemukan tentakel cumi raksasa di Newfoundland. Setelah diukur, para peneliti menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan memiliki panjang hingga 11 meter.

Pada tahun 1924, Frank T.Bullen menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam buku ini, Bullen menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut terjadi pada tahun 1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).

Menurut Bullen, pada tahun 1875 ia sedang berada di sebuah kapal yang sedang berlayar di selat Malaka. Ketika malam bulan purnama, ia melihat ada sebuah riakan besar di air.

"Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu."
Mendengar kesaksian Bullen, kita mungkin tergoda untuk mengatakan kalau ia membesar-besarkan atau mungkin mengarangnya saja. Namun, pada Oktober 2009, komunitas ilmuwan menyadari kalau kisah yang diceritakan Bullen mungkin memang bukan sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang bermusuhan dengan Paus Penyembur.

Di wilayah perairan di pulau Bonin di Jepang, para peneliti kelautan berhasil mendapatkan foto-foto langka yang memperlihatkan seekor paus penyembur sedang menyantap seekor cumi raksasa yang diperkirakan memiliki panjang 9 meter.


Dendam lama tidak pernah berakhir.

Giant Squid, Colossal Squid dan Giant Octopus
Sekarang, mari kita sedikit mengenal lebih jauh tiga teman raksasa kita yang mungkin telah memicu legenda Kraken. Saya akan mulai dari Giant Squid atau Cumi raksasa.

Giant Squid atau Cumi-cumi raksasa
Giant Squid atau cumi-cumi raksasa yang berasal dari genus Architeuthis ini memiliki 8 spesies dan diketahui bisa memiliki panjang hingga 13 meter bagi yang betina dan 10 meter untuk yang jantan. Ukuran ini dihitung dari sirip caudal hingga ujung tentakelnya. Namun, ukuran cumi ini bisa jadi lebih besar daripada yang diperkirakan.

Pada tahun 1880, potongan tentakel ditemukan di Selandia Baru dan diperkirakan merupakan milik dari cumi raksasa yang memiliki panjang 18 meter. Ukuran yang sangat luar biasa!


Ide kalau seekor cumi raksasa bisa menenggelamkan sebuah kapal mungkin terdengar mengada-ngada pada zaman ini. Namun, pada abad pertengahan, ukuran kapal tidak sebesar yang kita miliki sekarang. Contohnya, kapal Columbus yang bernama Pinta hanya memiliki panjang 18 meter. Sebuah cumi sepanjang 10-15 meter sudah bisa dipastikan dapat menyerang dan menenggelamkan kapal ini dengan mudah.


Perilaku giant Squid ini hampir tidak pernah dikenal sebelumnya hingga pada tahun 2004 ketika para ilmuwan Jepang berhasil mendapatkan 556 foto makhluk ini dalam keadaan hidup. Cumi-cumi tersebut terperangkap dalam sebuah jebakan yang dibuat. Ketika ia berhasil lolos, salah satu tentakelnya yang memiliki panjang 5,5 meter putus. Dari panjang ini, para ilmuwan tersebut memperkirakan kalau makhluk itu memiliki panjang 8 meter.

Colossal Squid atau Cumi Kolosal
Apabila kita mengira Cumi raksasa sudah memiliki ukuran yang luar biasa, maka, perkenalkan makhluk yang satu ini, Colossal Squid atau Cumi kolosal.

Makhluk ini memiliki nama latin Mesonychoteuthis hamiltoni dan para ilmuwan percaya kalau makhluk ini bisa bertumbuh hingga paling tidak memiliki panjang 14 meter. Ini membuatnya menjadi hewan invertebrata terpanjang di dunia. Walaupun demikian, para ilmuwan tidak bisa memastikan hingga seberapa panjang hewan ini bisa bertumbuh.

Mengenai Colossal Squid, Dr.Steve O'Shea, ahli cumi dari Auckland University berkata:

"Sekarang kita tahu kalau makhluk ini memiliki ukuran yang lebih besar dibanding Giant Squid. Giant Squid bukan lagi cumi terbesar di luar sana. Sekarang kita memiliki sesuatu yang lebih besar. Bahkan bukan cuma sekedar besar, tetapi benar-benar jauh lebih besar."


Colossal Squid di foto di atas ditangkap di Laut Ross dan memiliki panjang mantel 2,5 meter. Ukuran ini termasuk luar biasa karena Giant Squid terbesar yang diketahui hanya memiliki panjang mantel 2,25 meter. Lagipula, Colossal Squid di atas dipercaya masih dapat bertambah panjang hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar.

Jika ada Kraken di luar sana, maka bisa dipastikan kalau Colossal Squid adalah tersangka paling utamanya.

Lalu, apa bedanya Giant Squid dan Colossal Squid?

Giant Squid hanya memiliki tentakel yang memiliki lubang penghisap dan gigi-gigi kecil, sedangkan Colossal Squid memiliki tentakel yang juga dilengkapi dengan kait yang tajam. Beberapa kait bahkan memiliki 3 ujung.

Selain dua jenis Cumi-cumi di atas, makhluk yang satu ini juga memiliki tentakel dan bisa bertumbuh dalam ukuran yang luar biasa, yaitu Giant Octopus.

Giant Octopus atau Gurita Raksasa
Giant Octopus atau gurita raksasa bisa bertumbuh hingga memiliki panjang 9 meter. Panjang ini cukup membuatnya menjadi monster yang ditakuti oleh para pelaut. Makhluk inilah yang dipercaya Monfort sebagai monster yang menyerang para pelaut Norwegia di lepas pantai Angola yang lukisannya tergantung di Kapel St.Thomas.

Bangkai ini terdampar di pantai St.Augustine, Florida tahun 1896. Dipercaya sebagai Giant Octopus


Pada masa kini, teori mengenai Cumi atau Gurita raksasa dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai legenda Kraken.

Jika kita beranggapan kalau legenda Eropa yang mengatakan kalau Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau sebagai "membesar-besarkan", maka mungkin misteri Kraken memang sudah terpecahkan.

Trunko

Trunko adalah julukan untuk hewan atau globster yang dilaporkan muncul di Margate, Afrika Selatan, tanggal 25 Oktober 1924, menurut artikel bertajuk "Ikan Seperti Beruang Kutub" yang terbit 27 Desember 1924, edisi Daily Mail London. Konon binatang itu terlihat pertama kali di lepas pantai saat sedang berkelahi dengan dua paus pembunuh (orca) selama tiga jam. Ia menggunakan ekornya untuk menyerang paus-paus tersebut dan menurut saksi mata, ia menyembulkan dirinya dari permukaan air sampai sekitar 20 kaki (6 m). Salah satu saksi mata, Hugh Ballance, mendeskripsikan hewan tersebut seperti "beruang kutub raksasa" menjelang akhir perkelahian.


Deskripsi
Bangkai hewan itu dilaporkan terdampar di pantai Margete, tetapi selama 10 hari tidak ada ilmuwan yang datang menginvestigasi bangkainya, sehingga tidak ada deskripsi tepercaya yang dipublikasikan. Sampai bulan September 2010, dianggap tidak ada yang foto-fotonya yang dipublikasikan. Beberapa orang yang tidak diketahui identitasnya melaporkan bahwa binatang tersebut memiliki rambut putih seperti salju, berbelalai seperti gajah, berekor mirip lobster, dan bangkainya bersih dari darah. Saat terdampar, hewan itu diukur oleh para pengunjung pantai dan dari hasilnya diketahui sekitar 47 kaki (14 m) panjangnya, lebar 10 kaki (3 m), dan tinggi 5 kaki (1.5 m), dengan panjang belalai 5 kaki (1.5 m), diameter belalai 14 in (36 cm), ekor 10 kaki (3 m), dan panjang rambut 8 in (20 cm). Konon belalainya langsung menempel pada torso hewan tersebut, karena tak ada kepala yang tampak pada bangkai tersebut. Karena ciri-cirinya, hewan tersebut disebut "Trunko" oleh kriptozoolog Inggris Karl Shuker dalam bukunya The Unexplained tahun 1996. Tanggal 27 Maret 1925, edisi Charleroi Mail, di Charleroi, Pennsylvania, sebuah artikel berjudul "Paus Dibunuh Oleh Monster Berbulu" melaporkan bahwa paus-paus terbunuh oleh hewan misterius yang kemudian terdampar dalam keadaan lemah lalu pingsan, namun hewan itu kembali ke laut setelah 10 hari, hingga tak pernah terlihat lagi.

Penjelasan
salah satu foto trunko yang diketahui
Banyak pendapat yang mencoba menjelaskan fenomena tersebut, dan dalam penjelasan yang umum dinyatakan bahwa Trunko adalah bangkai paus, hiu penjemur, atau hiu paus, yang tubuhnya membusuk sehingga tampak berbulu dan tercabik-cabik oleh paus pembunuh. Dalam penjelasan lain dinyatakan bahwa Trunko adalah penampakan suatu spesies paus yang baru, atau suatu hewan dari genus pinnipedia (singa dan anjing laut), atau mungkin sirenia (duyung dan manatee). Penjelasan yang lebih skeptik menyatakan bahwa itu adalah gajah laut selatan yang albino. Umumnya hewan itu dianggap sebagai kriptid, yang dipelajari dalam ilmu kriptozoologi. Tanggal 6 September 2010, ciri-ciri Trunko yang lama ditunggu akhirnya diungkapkan. Karl Shuker mengumumkan bahwa suatu foto Trunko telah ditemukan oleh kriptozoolog asal Jerman, Markus Hemmler di situs Margate Business Association, dan Shuker menyadari dari foto tersebut bahwa Trunko tak lebih merupakan sebuah globster, yakni suatu gumpalan raksasa, dengan lapisan lemak mengandung kolagen yang kadangkala tersisa saat seekor paus mati sedangkan tengkorak dan kerangkanya terpisah dari kulit dan tenggelam ke dasar laut. Foto tersebut diambil oleh fotografer asal Johannesburg, A. C. Jones, yang pergi melihat-lihat bangkai Trunko saat hewan itu terdampar. Tiga hari kemudian, Shuker mengungkapkan bahwa dirinya dan Hemmler secara bebas menemukan dua foto Trunko yang lain yang dipotret oleh Jones dan telah dipublikasikan pada Agustus 1925 dalam Wide World Magazine. Foto-foto close-up tersebut menampilkan sosok globster yang klasik, menegaskan bagaimana identifikasi Trunko oleh Shuker, dan secara jelas mengungkapkan bahwa 'rambut' putihnya adalah serat jaringan ikat yang terekspos. Penampakan Trunko yang dilihat orang-orang dianggap bahwa sesungguhnya itu merupakan dua paus pembunuh di kejauhan yang sedang melontarkan bangkai tersebut sebagaimana kebiasaan mereka. Tanpa sengaja para pengamat di pantai Margate tertipu dan menganggapnya makhluk hidup. Maka, Trunko sebagai makhluk hidup yang berbulu putih dan berbelalai gajah sesungguhnya tidak pernah ada. Mungkin aspek paling mengejutkan dari pembeberan ini bahwa dua foto bangkai Trunko telah dipublikasikan dalam majalah terkenal tahun 1925, namun entah bagaimana hampir terlupakan oleh komunitas zoologi dan kriptozoologi hingga akhirnya terungkapkan 85 tahun kemudian. Bulan Maret 2011, foto Trunko keempat ditemukan dalam sebuah arsip di Museum Margate di Afrika Selatan oleh Bianca Baldi.

Monster Stronsay

sketsa stronsay
Monster Stronsay adalah bangkai besar misterius atau globster yang terdampar di pesisir pulau Stronsay (waktu itu dieja Stronsa), di Kepulauan Orkney, sehabis badai yang terjadi tanggal 25 September 1808. Bangkai tersebut memiliki panjang 55 kaki, namun karena bagian ekornya tampak hilang, sesungguhnya ukurannya lebih panjang daripada itu (Catatan Wernerian Society, 1808–1810, Perpustakaan, Royal Museum, Edinburgh)

Identifikasi
Natural History Society (Wernerian Society) Edinburgh tidak mampu mengidentifikasi bangkai tersebut dan memutuskan bahwa itu adalah spesies baru,
kemungkinan sejenis naga laut. Kemudian ahli anatomi Sir Everard Home di London menolak hasil pengukuran, menyatakan bahwa ukurannya pasti sekitar 36 kaki, dan mempertimbangkannya sebagai bangkai hiu penjemur yang membusuk (bangkai hiu penjemur dapat menyerupai bentuk 'plesiosaurus semu' saat mengalami pembusukan). Tahun 1849, profesor asal Skotlandia, John Goodsir di Edinburgh membuat kesimpulan yang sama. Bagaimanapun, ukuran hiu penjemur terbesar dari catatan tepercaya menyatakan panjangnya 40 kaki, sehingga dengan panjang 55 kaki, makhluk misterius di Stronsay masih merupakan teka-teki bidang kriptozoologi.

Ciri-Ciri
  • Panjang Monster Stronsay adalah 55 kaki, diukur oleh tiga saksi (salah satunya merupakan tukang kayu dan yang lainnya merupakan petani). 
  • Lebarnya 4 kaki dan memiliki keliling sekitar 10 kaki. 
  • Memiliki tiga pasang 'kaki' atau 'kepak'. 
  • Kulitnya halus saat diraba dari kepala ke ekor dan kasar saat diraba dari ekor ke kepala. 
  • Di tepi siripnya terdapat bulu kejur dan tengkuknya dipenuhi bulu kejur di sepanjang punggung. 
  • Bulu kejurnya menyala dalam gelap saat basah. 
  • Isi perutnya berwarna merah.

Penjelasan
Yvonne Simpson, ahli genetika dari Orkney, telah meneliti bukti-bukti dan menyatakan bahwa mungkin sebenarnya Monster Stronsay adalah seekor hiu penjemur besar yang tak lazim, atau mungkin suatu spesies hiu yang tak diketahui yang memiliki hubungan biologis yang dekat dengan hiu penjemur. Gambar bangkai Monster Stronsay yang membusuk mirip dengan bentuk dan ukuran penggambaran "Nessie" yang terkenal. Monster itu dideskripsikan bertulang rawan daripada bertulang padat, yang sejenis dengan hiu atau hewan terkait, dan bukan plesiosaurus maupun paus. Tiga pasang anggota badannya mungkin merupakan klasper hiu jantan, namun biasanya ukuran yang jantan lebih kecil daripada milik betina dari spesies yang sama. Ada kemungkinan bahwa makhluk tersebut merupakan anggota familia regalecidae (oarfish) yang menunjukkan perbedaan yang sama.

sumber

Monster Laut

Monster laut adalah makhluk mitis yang menghuni lautan, seringkali diyakini berukuran amat besar. Monster lautan dapat berwujud beraneka ragam, meliputi naga laut hingga monster berlengan banyak. Wujudnya bisa mulus atau bersisik dan seringkali digambarkan mengancam kapal-kapal atau menyemburkan air. Definisi tentang "monster" bersifat subjektif, dan beberapa monster laut mungkin saja merupakan hewan-hewan yang dikenal secara ilmiah namun dilebih-lebihkan, misalnya paus dan jenis cumi-cumi raksasa dan cumi-cumi kolosal.

Penampakan dan Legenda
Secara historis, gambar dekoratif lumba-lumba dan monster laut sering digunakan dalam penggambaran peta, misalnya Carta Marina. Praktik ini berakhir seiring dimulainya kartografi modern. Meskipun demikian, kisah-kisah monster laut dan kesaksian orang-orang yang mengklaim telah melihat makhluk tersebut masih ada hingga kini. Penampakan demikian seringkali dihimpun dan diteliti oleh ahli folklor dan kriptozoolog.


Kisah monster laut hampir dapat ditemukan di semua budaya yang memiliki kedekatan dengan laut. Sebagai contoh, Avienus menceritakan bahwa dalam perjalanan penjelajah Kartago bernama Himilco, "...ada monster dari kedalaman lautan, dan para makhluk buas berenang perlahan di bawah kapal yang bergerak perlahan." (baris 117-29 dari Ora Maritima). Sir Humphrey Gilbert mengklaim telah menjumpai monster mirip singa dengan "mata membelalak" dalam perjalanan pulangnya setelah secara resmi mengklaim St. John's, Newfoundland (1583) sebagai milik Inggris. Kisah lain mengenai perjumpaan dengan monster laut berawal dari bulan Juli 1734. Hans Egede, misionaris Denmark-Norwegia, melaporkan bahwa dalam perjalanannya menuju Gothaab/Nuuk di pesisir barat Greenland, ia mengamati:

sesosok makhluk yang sangat mengerikan, tidak menyerupai apapun yang pernah mereka lihat sebelumnya. Monster itu mengangkat kepalanya sangat tinggi sehingga tampak lebih tinggi daripada menara pengintai di tiang kapal. Kepalanya kecil dan tubuhnya pendek dan berkeriput. Makhluk misterius itu menggunakan sirip besarnya untuk mendorong tubuhnya di dalam air. Kemudian para pelaut melihat ekornya juga. Monster itu lebih panjang daripada kapal kami.

Laporan lain diketahui dari Samudra Pasifik, Hindia dan Selatan (Heuvelmans:1968). Perkembangan terkini meliputi dua bunyi misterius, "Bloop" dan "Slow Down" yang terekam oleh peralatan hidrofonik tahun 1997 dan tidak terdengar setelah itu. Jika mengamati ciri-ciri suara tersebut sebagai bunyi hewan, terasa terlalu besar untuk dihasilkan oleh seekor paus. Penyelidikan sejauh ini masih belum memperoleh kesimpulan. Sosok monster laut yang sesungguhnya masih menjadi perdebatan. Beberapa kemungkinan meliputi hiu rumbai, hiu penjemur, oarfish, cumi-cumi raksasa, seiche, atau paus. Contohnya Ellis (1999) berpendapat bahwa mungkin monster yang dilihat Egede adalah cumi-cumi raksasa. Hipotesis lainnya adalah bahwa monster masa sekarang adalah spesimen reptil laut raksasa yang masih hidup, misalnya ikhtyosaurus atau plesiosaurus, dari Periode Jura dan Kapur, atau paus yang sudah punah seperti Basilosaurus. Badai tropis seperti hurikan atau topan mungkin juga merupakan asal mula kisah monster laut, terutama karena kisah kerusakan kapal.

Dugaan Bangkai Monster Laut

Bangkai hiu penjemur yang diduga sebagai sisa plesiosaurus yang masih hidup sejak zaman prasejarah, dijerat oleh kapal nelayan Jepang tahun 1977 di lepas pantai Selandia Baru.
Bangkai monster laut telah dilaporkan sejak zaman dulu (Heuvelmans:1968). Globsters (bangkai tak dikenal yang terdampar di pesisir) seringkali menimbulkan spekulasi keberadaan monster laut karena sulit diidentifikasi. Beberapa di antaranya menimbulkan kegemparan sebelum akhirnya terungkap bahwa itu hanyalah bangkai hewan yang lazim, misalnya paus atau hiu penjemur. Contoh kasus tersebut antara lain Trunko dan New Nessie. Tahun 1977, bangkai yang diduga sebagai plesiosaurus (reptil laut prasejarah) terjerat oleh kapal pukat Jepang bernama Zuiyō Maru di timur Selandia Baru sehingga menimbulkan sensasi. Media massa Jepang menyebutnya "New Nessie", berdasarkan kemiripan bentuknya dengan plesiosaurus yang menjadi model penampakan monster Loch Ness. Penemuan New Nessie juga diabadikan dalam perangko terbitan Brasil, sebelum akhirnya dinyatakan oleh FBI bahwa bangkai tersebut hanyalah bangkai hiu penjemur yang membusuk. Hal tersebut dibuktikan oleh tes DNA. Selain New Nessie, tes DNA juga memastikan bahwa bangkai yang diduga sebagai monster laut yang terdampar di Fortune Bay, Newfoundland bulan Agustus 2001, adalah paus sperma.

sumber

Naga Laut

Seekor naga laut dari buku Olaus Magnus
Dalam mitologi dan kriptozoologi, naga laut adalah sejenis monster laut yang sebagian atau seluruh tubuhnya berwujud seperti ular. Penampakan naga laut telah dilaporkan selama ratusan tahun, dan masih diklaim hingga sekarang. Kriptozoolog Bruce Champagne mengidentifikasi lebih dari 1.200 dugaan penampakan naga laut. Kini dipercaya bahwa penampakan tersebut dapat dijelaskan sebagai hewan yang masih bisa dikenali seperti regalecidae dan paus. Beberapa kriptozoolog berpendapat bahwa naga laut merupakan fosil hidup dari plesiosaurus, mosasaurus, atau reptil laut Mesozoikum lainnya; gagasan yang sering dihubungkan dengan monster danau seperti monster Loch Ness.

Dalam Mitologi

Naga laut Amerika pertama, dilaporkan dari Cape Ann, Massachusetts, tahun 1639.
Kisah naga laut telah ada sejak zaman dulu, dituturkan melalui mitos dan legenda. Dalam mitologi Nordik, Jörmungandr, atau "Midgarðsormr" adalah
naga laut yang sangat panjang, bahkan mampu melingkupi seluruh dunia, Midgard. Menurut beberapa kisah, para pelaut menyangka punggungnya sebagai rangkaian pulau-pulau. Naga laut juga sering muncul dalam folklor Skandinavia, terutama dari Norwegia. Menurut legenda, tahun 1028 M, Santo Olaf membunuh dan melempar seekor naga laut ke gunung Syltefjellet di Valldal, Norwegia; bekasnya masih bisa disaksikan hingga sekarang. Dalam Carta marina karya penulis Swedia Olaus Magnus, banyak disebutkan berbagai monster laut dengan beragam bentuk, termasuk naga laut raksasa. Selain itu, dalam karyanya tahun 1555, Sejarah Orang Utara, Magnus memberikan deskripsi mengenai naga laut Norwegia:

Mereka yang berlayar di sepanjang pantai Norwegia untuk berdagang dan menangkap ikan, menceritakan kisah mengesankan tentang bagaimana naga laut dengan ukuran mengerikan, sepanjang 200 kaki dan selebar 20 kaki, menghuni ceruk-ceruk dan gua-gua di luar wilayah Bergen. Pada malam terang di musim panas, naga-naga ini meninggalkan gua untuk memangsa anak sapi, domba, dan babi, atau pegi ke laut dan memakan ubur-ubur, kepiting, dan binatang laut sejenis. Makhluk itu memiliki rambut sepanjang satu hasta dari lehernya, bersisik hitam mengkilap dan mata merah menyala. Makhluk itu menyerang kapal, menjerat dan menelan orang, saat ia menyembulkan dirinya seperti tiang dari dalam air.

Naga laut dikenal dalam masyarakat bahari di Laut Tengah dan Timur Dekat, muncul dalam mitologi (Labbu dalam mitologi Babilonia) dan dalam catatan saksi mata (Historia Animalium karya Aristoteles). Dalam Aeneid dari Yunani, sepasang naga laut membunuh Laokoon dan putra-putranya saat Laokoon menentang penarikan kuda Troya ke kota Troya.

sumber

Ningen

Ningen (ニンゲン ningen?) atau Ningen Antarktika (南極のニンゲン Nankyoku no ningen?) adalah kriptid laut yang pertama kali menjadi bahan perbincangan di situs komunitas maya 2channel subforum Okultisme. Makhluk ini dinamai ningen karena berbentuk seperti manusia (bahasa Jepang: ningen). Makhluk yang muncul di Antarktika disebut ningen, sementara makhluk di Arktik disebut hitogata (bentuk manusia). Makhluk ini konon pertama kali dipergoki oleh awak kapal penangkap paus Jepang. Panjang badan puluhan meter dan seluruh badan berwarna putih bersih. Awak kapal sempat memotretnya, namun dalam foto
tersebut sepintas hanya terlihat gunung es terapung. Namun setelah foto tersebut diperbesar, terlihat sosok makhluk yang tidak jelas, kulitnya halus mulus, tapi bukan manusia. Jurnal MU terbitan Gakken menyamakan keberadaan ningen antartika dengan flying humanoid atau umibōzu. Jurnal yang sama pada edisi November 2007 menerbitkan artikel yang membahas sosok ningen seperti terlihat dalam foto satelit Google Earth.

Deskripsi
  • Memiliki dua tangan dan dua kaki seperti manusia.
  • Kedua kaki masing-masing memiliki lima buah jari.
  • Bagian batang tubuh terlihat seperti batang tubuh manusia.


sumber